Bank Swasta dan Asing Masih Takut Salurkan Kredit

Bank Swasta dan Asing Masih Takut Salurkan Kredit

Hendra Kusuma - detikFinance
Rabu, 02 Sep 2020 13:45 WIB
Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso (tengah) bersama Menteri Koperasi dan UMKM Teten Masduki (kanan) dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio menghadiri Peluncuran Digital Kredit UMKM yang diselenggarakan oleh HIMBARA dan eCommerce di Jakarta, Jumat (17/7/2020). OJK dalam kebijakannya sangat mendukung pengembangan UMKM termasuk dalam masa pandemi COVID-19 dengan memberikan keringanan kredit perbankan dan pembiayaan kepada UMKM yang terdampak. ANTARA FOTO/Humas OJK/pras.
Foto: ANTARA FOTO/PRASETYO UTOMO
Jakarta -

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan realisasi penyaluran kredit dari bank swasta dan asing masih rendah. Kinerja penyaluran kredit bank ini kalah dengan bank BUMN maupun daerah.

Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan perbankan swasta dan asing sangat hati-hati di tengah pandemi Corona. Dia menyebut, kredit di bank pelat merah tumbuh 3,36%, bank daerah 8,32%. Sedangkan kredit dari bank swasta hanya 0,91%, untuk bank asing justru terkontraksi.

"Memang sektor swasta appetite belum keliatan. Dan apalagi bank milik asing, malah kontraksi. Ini tugas kami untuk komunikasikan kenapa kok masih belum confident," kata Wimboh di ruang rapat KK1 DPR, Jakarta, Rabu (2/9/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dirinya mengaku akan melakukan komunikasi kepada perbankan swasta dan asing agar mendapat kepercayaan menyalurkan kredit di tengah pandemi.

Dari sisi penggunaannya, dia mengatakan kredit modal kerja perbankan terkontraksi 0,8% secara YoY. Sementara kredit investasi terjadi perbaikan dengan tumbuh 5,9%. Sedangkan kredit secara sektoral, yang diserap oleh perdagangan terkontraksi minus 5,4%, sektor transportasi, komunikasi, pergudangan masih tumbuh tinggi sekitar 11,9%, dan sektor pertambangan tumbuh 11,3%.

ADVERTISEMENT

Di sisi lain, Wimboh mengatakan terjadi pertumbuhan pada kredit UMKM di Juli tahun ini sekitar 15% dan korporasi 3,78%. Akan tetapi, dirinya mengaku peningkatan tersebut belum mampu mendongkrak laju kredit secara nasional.

"Sehingga bisa mendorong kredit korporasi jadi penting dan di korporasi ada kendala demand bisa tumbuh," katanya.




(hek/fdl)

Hide Ads