Suku bunga kredit perbankan disebut lambat untuk turun. Meskipun bunga acuan Bank Indonesia (BI) sudah turun secara agresif sejak Juli tahun lalu.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan selama tahun ini BI sudah memangkas bunga acuan 1,25% atau 125 bps. Kemudian jika dihitung sejak Juli 2019 bunga acuan sudah turun hingga 2,25% atau 225 bps.
"Ini sudah mendorong penurunan bunga pasar uang dan penurunan bunga dana. Faktor pertama ini mestinya bisa turunkan bunga kredit," kata Perry saat konferensi pers, Kamis lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Bunga Bank Masih Selangit, Nih Daftarnya |
Lalu bagaimana bunga di bank baik simpanan maupun kredit? Dari data analisis Uang Beredar BI periode September 2020. Disebutkan memang suku bunga kredit dan simpanan mengalami penurunan seiring tren penurunan suku bunga.
Pada September 2020, rata-rata tertimbang bunga kredit tercatat 9,85% turun 4 bps dibandingkan periode yang sama bulan sebelumnya 9,89%. Kemudian untuk bunga simpanan berjangka untuk tenor 1 bulan menjadi 4,93% dari sebelumnya 5,2%.
Kemudian tenor 3 bulan menjadi 5,13% dari sebelumnya 5,52%, tenor 6 bulan menjadi 5,55% dari sebelumnya 5,97% dan tenor 12 bulan menjadi 6,03% dari sebelumnya 6,19% dan tenor 24 bulan menjadi 7,16% dari sebelumnya 7,2%.
Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah mengungkapkan penurunan bunga kredit di bank memang tidak simetris. Ada perbedaan untuk bank kecil dan bank besar. Bank kecil yang kesulitan likuiditas cenderung menahan suku bunga. Hal ini berbeda dengan bank besar yang memiliki likuiditas berlimpah.
"Mereka punya ruang untuk menurunkan suku bunga kredit. Meskipun begitu penurunan suku bunga kredit di bank juga tidak terlalu besar. Tidak sebesar turunnya bunga acuan BI," kata dia.
Memang, penetapan suku bunga kredit ini bank harus mengikuti profil risiko nasabahnya.
Baca juga: Masih Selangit, Ini Daftar Bunga Bank |
Dari data BI penggunaan BI-7 Days Repo Rate ini berlaku mulai 19 Agustus 2016. Saat itu bunga acuan berada di level 5,25%. Kemudian terus menurun hingga ke level 4,25% pada 19 April 2018. Lalu merangkak naik ke level 6% pada 15 November 2018.
Namun memasuki 18 Juli 2019, BI kembali memangkas bunga acuan 25bps menjadi 5,75%. Bunga ini terus turun hingga ke level 5% pada 23 Januari 2020.
Selanjutnya bunga kembali dipangkas 25 bps dan menjadi 4,75% pada pengumuman hasil rapat dewan gubernur (RDG) BI 20 Februari 2020.
Suku bunga acuan kembali turun 25 bps menjadi 4,5% pada 19 Maret 2020. Ini terus bertahan hingga 19 Mei 2020. Pada 18 Juni BI kembali memangkas bunga menjadi 4,25%.
Lalu 16 Juli 2020 BI memangkas lagi bunga acuan menjadi 4% dan ditahan selama 3 kali hingga 13 Oktober. Kemudian pada 19 November BI akhirnya memangkas lagi bunga acuan menjadi 3,75%.
Ekonom Ryan Kiryanto mengungkapkan angka bunga acuan ini memang yang terendah setelah diberlakukanya BI 7 Day Reverse Repo Rate. Menurut dia, tidak ada risiko yang harus diwaspadai dengan rendahnya suku bunga ini.
"Yang penting semua kebijakan akomodatifnya diimplementasikan dengan baik," kata dia saat dihubungi detikcom, Jumat (20/11/2020).
Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah mengungkapkan angka 3,75% merupakan yang terendah. Namun ada risiko yang perlu diwaspadai dengan rendahnya bunga ini.
"Utamanya adalah dari sisi aliran modal. Turunnya suku bunga acuan bisa mendorong aliran modal tertahan atau bahan keluar," jelas dia.
Namun menurut Piter hal ini sekarang tidak relatif besar atau bahkan tidak ada karena suku bunga acuan di luar negeri mendekati nol persen.
(kil/fdl)