Pergerakan imbal hasil atau yield obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) atau US Treasury dengan tenor 10 tahun membuat khawatir para investor surat berharga negara (SBN) Indonesia.
Yield US Treasury 10 tahun kini menurun ke level 1,542% dari yang sebelumnya berada di level 1,6% atau lebih.
Direktur Surat Utang Negara (SUN) Direktorat Jenderal Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, Deni Ridwan mengatakan kondisi SBN tanah air masih cukup menarik. Hanya saja, banyak investor yang khawatir terkait dengan penurunan imbal hasil obligasi AS.
"Yield SBN kita sebenarnya masih menarik, tapi karena kekhawatiran investor adanya peningkatan inflasi di AS ini yang membuat asing sell off dan dorong penurunan kepemilikan asing," kata Deni dalam webinar InfobankTalkNews 'Peran Investor Institusi Lokal dalam Rangka Pendalaman Pasar Finansial Instrumen Saham dan SBN, Rabu (10/3/2021).
Deni menyebut, imbal hasil SBN tenor 10 tahun sempat menyentuh level tertinggi di 6,7% dan saat ini sudah berada di kisaran 6,6%. Kekhawatiran investor karena imbal hasil obligasi AS ini tidak hanya terjadi di Tanah Air melainkan negara berkembang lainnya.
"Tidak hanya di Indonesia, tapi di emerging market lain," katanya.
Lebih lanjut Deni mengungkapkan, penurunan imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun pun berhasil menekan sejak awal tahun 2021.
"Yield pasar domestik alami tekanan, yield SBN naik, pelemahan rupiah, dan penurunan kepemilikan asing," ungkapnya.
Simak video 'Pagi Ini, Dolar AS 'Perkasa' Tapi Dibungkam Rupiah':