3 Fakta Terkini Kondisi Asabri Pasca 'Dirampok' Puluhan Triliun

3 Fakta Terkini Kondisi Asabri Pasca 'Dirampok' Puluhan Triliun

Trio Hamdani - detikFinance
Kamis, 10 Jun 2021 05:30 WIB
Gedung Asabri / Ilustrasi Asabri
Foto: Andhika Prasetia/detiknews
Jakarta -

Jaksa Agung ST Burhanuddin bersama Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) pada akhir Mei 2021 merilis hasil perhitungan tetap kerugian negara dalam skandal Asabri. Jaksa Agung mengatakan kerugian negara akibat dugaan korupsi Asabri sebesar Rp 22,78 triliun.

detikcom merangkum fakta-fakta terkini Asabri pasca 'dirampok' puluhan triliun rupiah sebagai berikut:

1. Tekor Rp 5,6 T di 2020

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

PT Asabri mencatatkan rugi bersih sebesar Rp 5,6 triliun pada 2020. Sedangkan kerugian pada 2019 adalah Rp 3,9 triliun, dan Rp 1 triliun pada 2018.

Sementara dilihat dari rugi komprehensif, angkanya adalah Rp 4,8 triliun di 2020, Rp 4,7 triliun di 2019, dan Rp 2,2 triliun di 2018. Total rugi komprehensif selama 3 tahun berturut-turut sebesar Rp 11,76 triliun.

ADVERTISEMENT

"Kinerja keuangan 2018 sampai dengan 2020, tiga tahun terakhir kalau kami akumulasikan, Asabri mengalami rugi komprehensif Rp 11,76 triliun," kata Dirut Asabri, Wahyu Suparyono dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI, kemarin Rabu (9/6/2021).

Sedangkan sampai posisi Januari-April 2021, Asabri mencatatkan rugi bersih sebesar 1,46 triliun. Lalu jika dilihat dari sisi rugi komprehensif sebesar 1,3 triliun.

2. Rugi di Saham Benny Tjokro Rp 19,4 T

PT Asabri mencatatkan kerugian investasi Rp 19,4 triliun pada 2019. Hal itu disebabkan oleh instrumen saham dan reksadana saham pada perusahaan afiliasi atau milik Benny Tjokro dan Heru Hidayat. Terjadi penurunan nilai investasi portofolio Asabri yang mayoritas terjadi pada 2019.

"Penurunan nilai investasi portofolio Asabri mayoritas terjadi pada tahun 2019, ini puncaknya. Secara kumulatif sebesar Rp 19,4 triliun, disebabkan oleh instrumen saham dan reksadana yang terafiliasi dengan perusahaan milik Benny Tjokro dan Heru Hidayat," kata Wahyu.

Penurunan utama nilai wajar investasi pada saham dan reksadana saham sebesar Rp 8 triliun. Dijelaskannya, penurunan nilai saham tertinggi adalah PT Alfa Energi Investama Tbk dalam kurun waktu 1 tahun, yaitu penurunan nilai hingga 95% dari harga perolehan.

"Dalam satu tahun tidak bergerak, bahkan turun 95%. Harga perolehan waktu beli Rp 5.837, ini langsung terjun bebas menjadi Rp 326. Artinya terjadi turun 95%," sebutnya.

3. Butuh Rp 13,7 T Sehatkan Asabri

PT Asabri membutuhkan dana Rp 13,75 triliun untuk memenuhi risk based capital (RBC) 120%. Itu adalah indikator kesehatan solvabilitas Asabri sebagai perusahaan asuransi. "Pada posisi April ini akan bergerak angkanya memerlukan dana Rp 13,75 triliun," kata Wahyu.

Pihaknya pun mengusulkan penyesuaian bunga aktuaria sebagai solusi solvabilitas. Sebab, dia mengatakan fluktuasi bunga aktuaria yang berada di luar kendali perusahaan berdampak pada nilai liabilitas Asabri.

"Asabri berada pada posisi yang kurang menguntungkan dikarenakan mencatat biaya cadangan teknis sesuai perubahan bunga pasar bergerak secara fluktuatif. Pendapatannya tetap, biayanya bergerak, rate suku bunganya bergerak. Ini tentu tidak akan sepadan dengan premi yang diterima," jelasnya.

(toy/fdl)

Hide Ads