Mundur ke belakang, wacana merger bank syariah sendiri sebenarnya sudah terdengar sejak tahun 2015. Menteri BUMN Rini Soemarno kala itu menjelaskan, Indonesia belum memiliki bank syariah yang memiliki aset dan kemampuan pembiayaan yang besar. Padahal, Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam.
"Kita belum punya bank syariah yang betul-betul besar. Sementara kita sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia," kata Rini, 6 Maret 2015.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, rencana merger bank syariah kala itu perlahan-lahan tak terdengar. Hingga posisi Rini diganti oleh Erick Thohir.
Wacana merger kembali terdengar pada Juli 2020. Menteri BUMN Erick Thohir saat itu mengatakan, pihaknya sedang mengkaji merger bank syariah. Bahkan, ia menargetkan merger rampung Februari 2021.
"Dan untuk juga beberapa bank, kita coba sedang kaji bank-bank syariah kita ini, nanti jadi semua kita coba mergerin," kata Erick (2/7/2021).
"InsyaAllah Februari tahun depan jadi satu. Bank syariah Mandiri, BNI," sambungnya.
Dia mengatakan, dengan penggabungan tersebut bank syariah ini menjadi opsi sumber pembiayaan.
"Supaya tadi ada opsi-opsi pendanaan yang percaya bisnis syariah kita mesti buka itu. Namanya pendanaan macam-macam kan ada mahal, murah, syariah kita mesti welcome semuanya itu," terangnya.
Proses demi proses pun berjalan untuk mewujudkan merger tersebut. Hingga akhirnya, peleburan ini tuntas pada pada Februari 2021.
Direktur Utama Bank Syariah Indonesia Hery Gunardi menyatakan, pihaknya siap membawa bank ini masuk ke dalam daftar 10 bank syariah terbesar di dunia dalam 5 tahun mendatang.
"Kami siap membawa Bank Syariah Indonesia untuk masuk ke dalam 10 bank syariah terbesar di dunia berdasarkan kapitalisasi pasar dalam 5 tahun ke depan," katanya dalam peluncuran Bank Syariah Indonesia.
Dia mengatakan, proses merger ini membutuhkan waktu 11 bulan yang dimulai Maret 2020. Proses merger tersebut pun rampung dan resmi beroperasi dengan nama dan identitas baru, Bank Syariah Indonesia.
"Nama Bank Syariah Indonesia dipilih karena kami ingin bank syariah ini dapat menjadi representasi Indonesia baik di tingkat nasional maupun global," katanya.
Hingga Desember 2020, bank hasil merger memiliki total aset Rp 240 triliun, total pembiayaan Rp 150 triliun dan dana pihak ketiga (DPK) Rp 210 triliun. Lalu, modal inti perusahaan Rp 22,6 triliun.
"Bank Syariah Indonesia akan menjadi bank peringkat ke-7 (nasional) berdasarkan total aset," katanya kala itu.
(dna/dna)