Gelar Hedging School, BRI Ajak Pelaku Pasar Mitigasi Dampak Tapering

Gelar Hedging School, BRI Ajak Pelaku Pasar Mitigasi Dampak Tapering

Jihaan Khoirunnisa - detikFinance
Jumat, 27 Agu 2021 18:03 WIB
BRI
Foto: Dok. BRI
Jakarta -

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk menyelenggarakan Hedging School dengan tema 'Managing Risk and Reinforcing Efficiency Through Hedging Activities'. Hal ini dalam rangka mempersiapkan pelaku pasar untuk menghadapi ketidakpastian pasar dan ekonomi di masa pandemi.

Acara yang digelar secara virtual pada Kamis (26/8) lalu ini menghadirkan pembicara dari dari Bank Indonesia (BI), Kementerian BUMN dan Ernst&Young serta diikuti oleh lebih dari 500 perusahaan.

Wakil Direktur Utama BRI Catur Budi Harto mengatakan saat ini Indonesia sudah mulai memasuki fase pemulihan ekonomi. Namun, dampak gelombang kedua COVID-19 menurutnya masih membuat PPKM harus diperpanjang dengan rencana tappering atau pengurangan stimulus moneter oleh The Fed sehingga menjadi tantangan yang perlu diantisipasi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Hedging diibaratkan sebagai sebuah asuransi bagi pelaku pasar untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan yang dapat saja terjadi di masa mendatang," ujar Catur dalam keterangan tertulis, Jumat (27/8/2021).

Senada, Direktur Departemen Pengembangan Pasar Keuangan BI, Rahmatullah Sjamsudin menambahkan hedging ibarat sebuah produk wajib yang harus dimiliki oleh pelaku pasar. Ia menilai dengan hedging artinya pelaku pasar telah memitigasi potensi risiko penguatan maupun pelemahan mata uang.

ADVERTISEMENT

Namun, ia menyebut saat ini transaksi hedging masih memiliki porsi minim terhadap total transaksi valas di Indonesia. Lebih lanjut dia menjelaskan besar transaksi hedging yang tercatat hanya 39% dari total transaksi valas di pasar valas Indonesia. Untuk itu ia mendorong kerja sama antar otoritas dan perbankan guna melakukan edukasi, serta diseminasi hedging kepada pelaku pasar.

Sementara itu, Kementerian BUMN, melalui Asisten Deputi Bidang Jasa Keuangan, Muhammad Khoerur Roziqin menjelaskan pihaknya turut berkontribusi atas peningkatan transaksi derivatif nasional.

Dikatakannya, sampai dengan Q2 tahun 2021 tercatat 61% perusahaan BUMN telah melakukan aktivitas hedging. Demi penguatan aktivitas hedging terhadap perusahaan-perusahaan BUMN, lanjut dia, Kementerian BUMN telah mengeluarkan Permen BUMN No. PER-09/MBU/2013 tentang kebijakan umum transaksi lindung nilai dan Surat Menteri BUMN No.S-388/MBU/07/2017 tentang Pedoman penyusunan transaksi hedging terhadap perusahaan BUMN.

Di sisi lain, Assurance Service Partner Ernst&Young, Christophorus Alvin Kossim mengungkapkan terkait akuntansi atas hedging bagi pelaku pasar di Indonesia yang ingin melakukan transaksi hedging atau transaksi derivatif lainnya. Diharapkan dengan kehadiran Hedging School bisa memberikan insight terkait produk-produk keuangan yang dapat menunjang aktivitas bisnis.

Diketahui BRI merupakan salah satu bank yang telah melayani transaksi hedging lebih dari 30 tahun. Atas upaya tersebut, BRI telah dianugerahi beberapa penghargaan Internasional di antaranya Best FX Bank for Retail Clients, Best FX Bank for Money Market Products, dan Best FX Bank for Structured Products.

(akn/hns)

Hide Ads