Garap 'Gig Economy', Bank Ini Sukses Lakukan Transformasi Digital

Garap 'Gig Economy', Bank Ini Sukses Lakukan Transformasi Digital

Inkana Izatifiqa R Putri - detikFinance
Jumat, 22 Okt 2021 23:16 WIB
Logo BRI Agro
Foto: Moch Prima Fauzi/detikcom
Jakarta -

PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk (BRI Agro) membidik para pekerja yang melek digital di sektor informal untuk basis pertumbuhan baru. Berbasis kinerja fundamental kuat, BRI Agro memaksimalkan aplikasi BRI Agro Digital yang terus dikembangkannya dan aplikasi mobile banking Pinang untuk menggarap pasar pekerja tersebut.

Hal itu juga yang membuat BRI Agro meraih penghargaan kategori The Most profitable Bank dalam CNBC Indonesia Award 2021. Perseroan mengungguli nominee lain dengan meraih skor 88 (dari 100) terutama dalam aspek penetapan target pasar dan strategi.

Sebagai informasi, selama ini sektor informal dianggap kurang feasible digarap secara konvensional karena nilai transaksi yang kecil meski jumlah mereka banyak. Perseroan menyebutnya 'gig economy' yang secara sederhana dipahami sebagai pertukaran barang atau jasa antar individu/perusahaan lewat platform digital.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah pelaku gig economy mencapai 46,4 juta di tahun 2020, yang terutama adalah pekerja lepas dan setengah pengangguran. BRI Agro memperkirakan gig workers akan terus bertumbuh karena karakteristik mereka yang fleksibel dan lekat dengan perkembangan industri digital sebagai industri masa depan.

Rencana perseroan menggarap gig economy dengan kanal digital ditanggapi positif oleh para pelaku pasar. Secara year to date (ytd) hingga 19 Oktober 2021, kinerja saham AGRO sudah melesat 92% lebih. Bahkan dalam 1 tahun terakhir, saham perseroan meroket 559%.

ADVERTISEMENT

Sejauh ini, Bank Agro telah mendapat persetujuan regulator untuk menyediakan layanan pembukaan rekening secara branchless yang menjadi ciri utama platform digital banking.

Selanjutnya, BRI Agro menjalankan transformasi di empat aspek operasinya, agar ke depan bisa memperkuat positioning-nya di gig economy. Transformasi menjadi syarat mutlak agar bisa menjadi mitra keuangan gig worker secara menyeluruh, mulai dari menabung, bertransaksi, berinvestasi, hingga berasuransi.

Strategi pertama, aspek keuangan. Digitalisasi BRI Agro akan menurunkan kredit bermasalah (non performing loan/NPL) dari sektor konvensional yang selama ini terkonsentrasi pada deposan inti yang mencapai 60%. Profitabilitas pun bisa didongkrak karena kredit digital di sektor informal memiliki yield lebih baik dan biaya lebih rendah.

Kedua, BRI Agro mengubah cara membidik target pelanggan atau akuisisi nasabah. Jika semula perseroan memprioritaskan nasabah koperasi, korporasi dan konsumen middle-up (konsumen kredit pemilikan rumah dan kredit kendaraan bermotor, maka ke depan fokus akan digeser membidik debitur kredit jangka pendek, berplafon rendah (tapi berimbal hasil tinggi).

Jurus ketiga BRI Agro terkait dengan proses bisnis, di mana kerja manual nan lamban yang selama ini dijalankan sebagai bank konvensional akan diubah menjadi mekanisme kerja berbasis digital, yang melibatkan big data, kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dan antarmuka pemrograman aplikasi (application programming interface/API) yang terbuka.

Klik halaman selanjutnya >>

Terakhir, perseroan mentransformasikan aspek sumber daya manusia (SDM). Sistem manajemen SDM tradisional yang berbasis lumbung (silo) dan cara berpikir jumud akan diubah menjadi sistem manajemen SDM berbasis talenta, dengan cara berpikir berorientasi pertumbuhan.

Dengan strategi tersebut, tidak heran saham AGRO September lalu resmi masuk ke dalam FTSE Global Equity Index untuk saham berkapitalisasi pasar kecil. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja dan strategi perseroan dinilai inline dengan ekspektasi investor global.

Mengacu strategi perseroan yang legit menyasar gig economy, di tengah kinerja fundamental kuat sebagai bank digital dengan profitabilitas tertinggi, dukungan Grup BRI, serta prospek pertumbuhan ke depan, BRI Agro terpilih menjadi pemenang penghargaan CNBC Indonesia Award untuk kategori 'The Most Prospective Digital Bank 2021'.

Tak hanya itu, BRI Agro juga sukses melakukan transformasi digital tanpa mengorbankan laba. Dalam hal ini, BRI Agro membangun ekosistem digital melalui sektor ultra-mikro dan informal.

Meski sedang bertransformasi menjadi bank digital murni dan modal intinya masih di bawah Rp 6 triliun (tepatnya di Rp 4,2 triliun), BRI Agro telah membukukan laba bersih. Per Juni 2021, total pendapatan bunga bersih ini naik 34,21% (yoy) menjadi Rp 434 miliar. Sementara itu, laba bersih tumbuh 30% yoy menjadi Rp 26 miliar.

Melansir data Tim Riset CNBC Indonesia, enam dari 11 bank digital masih memikul net loss. Jika dirata-rata, industri bank digital murni masih merugi Rp 73 miliar, dengan kontraksi laba bersih sebesar minus 143% (yoy) per Juni 2021. Dengan demikian, catatan laba bersih BRI Agro benar-benar menjadi oase di tengah gersangnya profitabilitas di industri bank digital murni.

Tatkala beberapa bank mini 'mengosongkan' portofolio kredit, BRI Agro juga masih beroperasi penuh dengan rasio kredit terhadap simpanan (loan to deposit ratio/LDR) sebesar 84% atau paling dekat dengan batas ideal sebesar 80%. Mereka juga sukses memangkas persentase kredit bermasalah (non performing loan/NPL) secara gross hingga nyaris separuhnya, menjadi 4,59%.

Dengan berbagai keunggulan tersebut,terutama melihat permodalan yang kuat (CAR > 20%), kinerja intermediasi yang stabil, dan profitabilitas terbaik, BRI Agro terpilih menjadi pemenang CNBC Indonesia Award 2021 untuk kategori 'The Most Profitable Digital Bank'.

"Kami berharap penghargaan ini mendorong perseroan untuk terus menjaga profitabilitasnya sebagai bagian dari upaya menjaga value bagi pemegang saham publik, meski secara bersamaan berekspansi ke platform digital. BRI Agro membuktikan bahwa going digital, bukan berarti bearing losses," ujarnya dilansir dari CNBC Indonesia, Jumat (22/10/2021).


Hide Ads