Jakarta -
Beli sekarang dan bayar nanti alias paylater adalah salah satu layanan keuangan digital yang sedang ngetren. Layanan ini biasanya berkaitan dengan transaksi digital atau jual beli online.
Konsumen bisa melakukan pembelian tanpa harus mengeluarkan uang saat itu juga. Sama seperti kartu kredit, tapi bedanya paylater lebih mudah persyaratannya.
Nah syarat segala kemudahan itu terkadang malah menjadi jebakan buat diri sendiri karena kalap belanja. Kejadian ini bahkan juga terjadi di Amerika Serikat (AS).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengutip CNN, Kamis (23/12/2021), Lissette Monzon adalah salah satu pengguna paylater yang mengaku menyesal telah belanja yang di luar nalar dan menggunakan paylater.
Mozon yang berusia 54 tahun merupakan seorang guru bahasa Inggris sekolah menengah di Florida. Pada Oktober 2018, dia membeli sepatu bot Valentino seharga US$ 700 atau Rp 10 juta (kurs Rp 14.300).
Monzon tak mampu membendung keinginanya karena melihat aktris Blake Lively difoto mengenakan alas kaki itu berwarna ungu muda di Paris.
"Padahal itu uang yang banyak bagi saya, dan saya melunasinya sedikit demi sedikit," katanya.
Lihat juga video 'Tren Cashless Bikin Pengguna Traveloka PayLater Melonjak 10 Kali Lipat':
[Gambas:Video 20detik]
Paylater bisa bikin hidup tidak tenang. Berlanjut ke halaman berikutnya.
Hidup Tak Tenang
Monzon pun membeli sepatu impiannya itu menggunakan Klarna, salah satu dari beberapa layanan paylater yang tenar di negaranya. Pembayarannya dicicil selama enam kali, karena dia merasa tidak akan pernah bisa membeli sepatu bot itu.
"Saya rasa saya tidak akan pernah memiliki uang tunai sebanyak itu. Kalau pun iya saya tidak akan pernah menghabiskan uang sebanyak itu untuk sepatu bot," tambahnya.
Tapi apa yang terjadi, dia menyesal. Hidupnya tak pernah tenang selama cicilan paylater itu belum lunas.
"Saya tidak bisa tidur di malam hari. Saya seperti 'Ya Tuhan, apa yang saya lakukan? Ya Tuhan, ya Tuhan,' karena itu sangat berbeda dengan saya," akunya.
Puluhan juta orang telah menggunakan layanan paylater. Beberapa perusahaan di AS yang beroperasi di industri ini senilai US$ 100 miliar. Mereka membebankan bunga atas pembelian, ada juga yang lain memungut biaya keterlambatan.
Perusahaan paylater mengatakan mereka menawarkan alternatif kartu kredit yang lebih aman dan lebih mudah diakses. Namun pendukung konsumen berpendapat bahwa layanan tersebut dapat mendorong orang untuk membelanjakan lebih dari yang mereka mampu.
Selain itu, tidak ada perlindungan untuk mencegah pembeli menggunakan lebih dari satu paylater dan membebani keuangan mereka secara berlebihan.
Industri ini sedang booming bahkan di Indonesia. Klarna Swedia menggandakan basis pelanggan AS menjadi 20 juta antara Juni 2020 dan Agustus tahun ini dan jumlah pengguna Inggris telah membengkak 36% sejak Oktober 2020. Sekarang memiliki lebih dari 90 juta pengguna aktif di 20 negara.