Bank asal Inggris, Barclays, memperkirakan akan mengalami kerugian hingga US$ 592 juta atau sekitar Rp 8,4 triliun (kurs Rp 14.300) karena melebihi batas penjualan produk sekuritas keuangan terstruktur yang salah penanganan. Produk semacam ini telah melonjak popularitasnya sejak invasi Rusia ke Ukraina.
Barclays juga mengatakan mereka harus menunda rencana pembelian kembali saham karena kerugian tersebut. Hal ini harus ditanggung sebagai akibat dari pembelian kembali sekuritas yang bersangkutan dengan harga pembelian aslinya.
Dilansir dari Reuters, Selasa (29/3/2022), atas kejadian ini saham Barclays ditutup turun 4% setelah bank mengatakan telah menjual lebih dari miliaran pound sekuritas selama periode sekitar satu tahun.
Baca juga: Jejak Hitam 'Dosa' Conor McGregor |
Jumlah ini melampaui batas US$ 20,8 miliar atau sekitar Rp 297 triliun yang disepakati dengan regulator Amerika Serikat sebesar US$ 15,2 miliar. Kesalahan regulasi utama adalah awal yang memalukan bagi C.S. Venkatakrishnan yang baru diangkat menjadi kepala eksekutif Barclays.
Analis di Shore Capital mengatakan dalam sebuah catatan bila Barclays bagaikan tersandung tali sepatunya sendiri. Mereka mengatakan imbas dari kejadian salah kelola penjualan produk membuat pembelian kembali saham perusahaan saat ini tertunda.
Shore Capital menyatakan kesalahan tersebut diyakini dapat mengurangi distribusi modal di masa depan kepada pemegang saham oleh bank.
Dalam pukulan lebih lanjut setelah pasar London tutup, Goldman Sachs dalam catatannya menunjukkan bahwa bank investasi AS telah diinstruksikan oleh salah satu investor top Barclays untuk menjual sebagian besar saham di bank tersebut.
Kisaran harga target untuk penjualan 575 juta saham Barclays adalah 6,1-8,1% lebih rendah dari harga penutupan. Faktor yang kemungkinan akan memberikan tekanan lebih lanjut pada harga saham saat dibuka pada hari Selasa.
Produk yang disebut salah kelola itu terkait dengan minyak mentah dan volatilitas pasar. Barclays kini menangguhkan penjualan dan penerbitan kedua produk bulan ini.
Sebelum penjualan dihentikan, produk yang disebut VXX telah melonjak popularitasnya karena investor menempatkan taruhan pada volatilitas karena krisis Ukraina mengguncang pasar global.
Simak juga Video: Inggris Jatuhkan Sanksi ke 5 Bank dan 3 Orang Rusia
(hal/dna)