Direktur CELIOS Bhima Yudhistira Adhinegara mengungkapkan jika penyusutan kantor cabang bank merupakan bagian dari digitalisasi. Digitalisasi merupakan kunci dalam persaingan bank.
"Sehingga bank tidak perlu mengeluarkan biaya terlalu besar untuk pembukaan kantor cabang. Pada saat puncak pandemi, bank memanfaatkan perubahan gaya hidup dan pola transaksi keuangan dengan memangkas signifikan jumlah kantor cabang," kata dia kepada detikcom, Senin (30/5/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bhima mengungkapkan saat ini membuka kantor cabang bank membutuhkan biaya sewa gedung, desain ruangan, gaji karyawan, biaya listrik, dan operasional lainnya. Ini yang membuat kantor cabang bank harus mengeluarkan biaya yang sangat mahal.
Dia menambahkan, bank sadar dengan perluasan kantor cabang hanya akan menaikkan beban operasional dan pendapatan operasional (BOPO) di tengah masa konsolidasi laba seperti saat ini.
"Tren ini akan terus berlanjut, sejalan dengan bermunculannya bisnis bank digital. Apalagi salah satu bank digital mengalami kenaikkan pendapatan bunga dan fee based income yang sangat cepat, padahal jumlah karyawan hanya 200 orang," jelas dia.
Jadi sekarang, investasi bank digital berubah menjadi investasi ke sistem keuangan digital dan kolaborasi antar pemain di ekosistem keuangan.
Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah mengungkapkan berkurangnya jumlah kantor cabang bank terjadi karena digitalisasi. Banyak bank yang terutama bank besar sudah mengembangkan mobile dan internet banking dan memungkinkan nasabah tak perlu lagi ke kantor cabang.
"Layanan bank sudah lebih banyak dilakukan secara digital menggunakan mobile dan internet banking. Bagi bank ini merupakan bentuk efisiensi, biaya operasional kantor cabang termasuk biaya SDM cabang bisa dikurangi secara signifikan," ujar dia.
(kil/ara)