Bank Indonesia (BI) hari ini akan mengumumkan hasil rapat dewan gubernur (RDG) bulanan. Salah satunya adalah menyampaikan suku bunga acuan atau BI 7days reverse repo rate. Saat ini bunga acuan BI berada di level 3,5% dan sudah 17 bulan berturut-turut ditahan.
Ekonom PermataBank Josua Pardede menyebut bank sentral diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan BI7DRR di level 3,5% pada RDG bulan ini.
"Mempertimbangkan bahwa inflasi fundamental atau inflasi inti yang masih terkendali," kata dia, Selasa (23/8/2022).
Dia menyebutkan volatilitas nilai tukar rupiah sepanjang bulan Agustus cenderung menurun jika dibandingkan dengan bulan Juli yang lalu, meskipun saat ini rupiah cenderung melemah tipis 5 poin jika dibandingkan dengan akhir Juli.
Penurunan volatilitas rupiah tersebut dipengaruhi oleh rilis data inflasi AS yang cenderung menurun serta ekspektasi less-hawkish dari stance kebijakan moneter Fed. Sementara itu dari dalam negeri, rilis data transaksi berjalan Indonesia pada kuartal II 2022 yang tercatat surplus 1,1% terhadap PDB juga diperkirakan akan tetap menjaga stabilitas rupiah.
"Ke depannya BI diperkirakan akan mempertimbangkan untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 50-75bps hingga akhir tahun ini," jelas dia.
Menurut Josua ekspektasi tersebut sejalan dengan ekspektasi penurunan surplus transaksi berjalan pada semester II-2022 dan upaya untuk menjangkar ekspektasi inflasi yang disebabkan oleh kenaikan inflasi harga begejolak dan inflasi harga diatur pemerintah.
Co-Founder & Dewan Pakar Institute of Social, Economics and Digital/ISED Ryan Kiryanto mengungkapkan jika melihat tren inflasi bulanan yang melandai meskipun akan ada kenaikan harga BBM bersubsidi tapi efek ke inflasi baru terasa dan tercatat oleh BPS di September dan seterusnya.
"Puncak inflasi sudah dilewati yaitu Juli lalu, maka RDG BI hari ini berpeluang tetap mempertahankan BI7DRRR di 3,5%. Juga untuk lending facility rate dan deposit facility rate tidak berubah," jelasnya.
Kemudian untuk stance kebijakan moneter tetap dovish atau akomodatif untuk menopang momentum fase pemulihan ekonomi sehingga perekonomian Indonesia bisa pulih lebih cepat dan bangkit lebih kuat.
(kil/dna)