Menanggapi hal tersebut Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan jika keputusan BI ini pasti sesuai dengan data-data ekonomi yang ada sekarang.
"BI sudah melakukan keputusan kenaikan suku bunga pasti berdasarkan data-data yang ada saat ini dan tentu juga berdasarkan proyeksi yang dilihat BI," kata dia di Gedung DPR, Rabu (24/8/2022).
Menurut dia BI juga pasti memperhitungkan faktor dalam negeri maupun dari luar negeri. "Karena ini sangat berpengaruh juga terhadap langkah-langkah bank sentral lainnya. Saya hormati apa yang sudah diputuskan oleh BI" imbuh dia.
Sebelumnya Sri Mulyani memperkirakan suku bunga acuan atau Bank Indonesia 7 Days Reverse Repo Rate (BI7DRRR) akan naik sebanyak 100 basis point (bps) hingga akhir 2022.
"BI rate kita masih di 3,5%, kemungkinan akan mengalami kenaikan sekitar 100 bps sampai akhir tahun," kata Sri Mulyani.
Proyeksi itu mengacu kepada prediksi segenap analis. Sampai akhir 2022, suku bunga acuan diperkirakan berada di level 3,75% sampai 4,75%.
Kebutuhan kenaikan suku bunga acuan adalah untuk menyeimbangkan selisih dengan suku bunga Amerika Serikat (AS) yang tahun ini naik dengan agresif. Hal ini penting untuk memberikan daya tarik bagi investor.
Imbal hasil US treasury tenor 10 tahun yang saat ini di 2,99% juga diperkirakan akan mengalami kenaikan dua kali lipat hingga 200 bps. Begitu juga dengan tingkat bunga SUN 10 tahun yang diperkirakan mengalami kenaikan 0,300 bps.
"Kita relatif bisa menjaga stabilitas dari surat berharga negara kita sehingga tidak mudah terombang-ambing dengan outflow ini," tutur Sri Mulyani.
Simak video 'Curhat Sri Mulyani, Subsidi BBM Rp 502 T Diperkirakan Tak Cukup':
(kil/dna)