Anggota DPR Cecar Bank BUMN Soal Pendapatan dari Bunga, Gara-gara Kegedean?

Anggota DPR Cecar Bank BUMN Soal Pendapatan dari Bunga, Gara-gara Kegedean?

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Selasa, 13 Sep 2022 15:09 WIB
Pembangunan gedung baru untuk DPR RI menuai kritikan berbagai pihak walaupun Ketua DPR Setya Novanto menyebut Presiden Jokowi telah setuju pembangunan tersebut. Tetapi Presiden Jokowi belum teken Perpres tentang pembangunan Gedung DPR. Lamhot Aritonang/detikcom.
Gedung DPR RI/Foto: Lamhot Aritonang
Jakarta -

Hari ini Komisi VI DPR RI menggelar rapat dengar pendapat (RDP) dengan pimpinan bank pelat merah, antara lain Bank Mandiri, BRI, BNI, dan BTN. Anggota Komisi VI DPR RI Fraksi PDIP Haris Turino mencecar pimpinan bank BUMN soal pendapatan dari bunga.

Dia menjelaskan jika saat ini net interest margin (NIM) bank di Indonesia merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara, Asia, dan dunia 5,14%, Filipina 3,17%, Malaysia 1,2%, dan NIM di bank di negara maju 1-1,5%.

Memang faktanya pendapatan bank di Indonesia berasal dari NIM. NIM merupakan marjin bunga bersih yang didapatkan bank dari selisih bunga kredit dan deposito.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari laman bps.go.id, rasio NIM diperoleh dengan membagi antara pendapatan bunga bersih dengan rata-rata aktiva produktif. Rasio juga digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen untuk mengelola aktiva produktif untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih.

Peluang pertumbuhan perbankan Indonesia masih tinggi karena masih under penetration 60%, kemudian 40% pasar yang belum digarap. Kemudian tentang islamic banking dan digital pertumbuhan kelas menengah saat ini 85 juta dan pada 2045 diperkirakan 245 juta kelas menengah.

ADVERTISEMENT

Dia menjelaskan hal ini membuat asing tertarik untuk masuk, sehingga tentu saja bank Himbara yang sekarang menduduki 5 teratas, kecuali nomor 3 BCA. Mulai BRI, Bank Mandiri, BCA, BNI, dan BTN.

"Ini strateginya seperti apa? Sekaligus jadi tantangan besar bank Himbara yang ingin keluar negeri seperti BNI. Karena bapak sering main di bantalan NIM yang sangat tinggi, kalau keluar harus bersaing di arena yang profitability interest marginnya sangat kecil," kata dia dalam RDP, Selasa (13/9/2022).

Haris mempertanyakan bagaimana bank untuk mengantisipasi kenaikan BI 7 days reverse repo rate. Dia menjelaskan rata-rata selisih antara BI rate dan FFR itu 3-6%.

"Sehingga dari sini kalau mengacu data historis kelihatan bahwa BI 7 days repo rate bisa 5,5%-6%. Ini mengakibatkan coverage meningkat dan kurangi NIM. Kira kira antisipasinya seperti apa?," ujar dia.

Dia juga menjelaskan untuk masing-masing bank. Untuk BRI dia menyebutkan rasio NPL 3,2%, masih di atas rata rata nasional tapi coverage tinggi Rp 266,3 triliun.

"Kinerja keuangan bagus, laba bersih tumbuh hampir 100%, cost of fund turun tadi dikatakan CASA meningkat sehingga dana murah tersedia. Tapi yang jadi catatan BRI. Cost to income ratio-nya meningkat dari 40,7% jadi 44,3%," jelas dia.

Selanjutnya untuk NPL Bank Mandiri 2,47% dengan coverage Rp 274 triliun. Kinerja keuangan, laba bersih naik, pendapatan meningkat, pertumbuhan baik kredit maupun DPK.

"Kalau dicermati pertumbuhan pendapatan bunga naik 19%, sementara nonbunga hanya 1%. Apakah memang, pendapatan yang dipicu mandiri ini hanya interest income tidak fokus pada non interest income. Apalagi di tengah ancaman net interest margin yang turun, apa langkah yang Mandiri lakukan," kata dia. Kemudian BOPO Bank Mandiri 55,3%. Ini jauh di bawah rata-rata biaya operasional pendapatan operasional dari perbankan.

Lalu, BNI memiliki rasio NPL 3,2%. Kreditnya tidak agresif 7,7% fokus manufaktur, perdagangan, restoran, dan dan hotel 46%.

"Yang mencolok dari BNI adalah pertumbuhan pendapatannya nggak banyak dari Rp 19,9 triliun, tapi labanya naik 75%. Ini mengundang saya bertanya kenapa ini terjadi, karena beban operasional non bunga yang turun drastis. Kerugian penurunan nilai aset keuangan kalau dicermati pos-pos yang lain angkanya sama atau naik. BNI ke depan strateginya seperti apa, pertumbuhan laba selain hanya pertumbuhan penurunan environment," jelas dia.

Sedangkan untuk BTN memiliki NPL yang tinggi yaitu 3,54%, walaupun angka sudah turun dibanding tahun sebelumnya. KUR meningkat tajam menjadi Rp 513 dari Rp 333 miliar. Angka ini masih sangat kecil.

"Mau konfirmasi pak, ada kegelisahan di karyawan BTN, apa benar BTN akan diakuisisi oleh BNI atau Mandiri, dan BTN Syariah akan diangkat anak oleh BSI. Beberapa karyawan BTN menanyakan berita ini dan timbulkan kegelisahan dan katakan core bisnis kami berbeda," jelasnya.

Lihat juga Video: Erick Soal BBM: Kita Bukan Naikkan Harga, Tapi Pengurangan Subsidi

[Gambas:Video 20detik]



(kil/ara)

Hide Ads