Suku bunga acuan sudah keluar dari zona terendah dan akan mempengaruhi bunga kredit. Bank Indonesia (BI) telah menaikkan bunga acuan 50 bps menjadi 5,25%.
Kenaikan bunga ini merupakan salah satu cara untuk meredam ekspektasi inflasi yang terlalu tinggi dan menjaga nilai tukar rupiah yang tertekan dolar AS.
Suku bunga ini sebelumnya bertahan selama 17 bulan berturut-turut di level 3,5%. Kemudian BI mengambil kebijakan untuk menaikkan bunga acuan pada Agustus 2022 lalu. Hingga November atau dalam empat bulan berarti BI telah menaikkan bunga acuan 175 bps atau 1,75%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan naiknya bunga acuan ini, maka bank akan segera menyesuaikan suku bunga simpanan. Jika bunga simpanan naik, maka hal ini akan mempengaruhi harga bunga kredit dan bisa semakin mahal.
Direktur Utama PT Bank CIMB Niaga Tbk Lani Darmawan mengungkapkan dengan naiknya bunga acuan selama tiga bulan berturut-turut ini akan lebih cepat mengerek bunga simpanan dan bunga kredit.
"Betul, mau tidak mau (bunga simpanan dan kredit akan naik," kata dia kepada detikcom, Jumat (18/11/2022).
Lani mengungkapkan perbankan memahami keputusan bank sentral dalam penentuan suku bunga. Memang banyak faktor yang mempengaruhi apakah dibutuhkan kenaikan lebih lanjut yang dikaji oleh BI untuk kepentingan ekonomi Indonesia secara keseluruhan.
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja mengungkapkan bank akan menyesuaikan suku bunga dana deposito.
"Bunga kredit yang berdasarkan Jibor (Jakarta Interbank Offered Rate) sudah naik. Yang lain nanti kita evaluasi," kata dia.
Jahja menyebutkan kenaikan bunga acuan atau BI 7 days reverse repo rate sudah sesuai. Hal ini demi menekan dampak naiknya bunga The Fed yang menyebabkan tekanan pada rupiah atas dolar AS.
"Sehingga rupiah juga harus disesuaikan, agar kurs bisa dikendalikan," jelas dia.
Berapa bunga kredit bank saat ini? Cek halaman berikutnya.