Dampak Bangkrutnya SVB Nggak Ngaruh ke RI, Sri Mulyani Tetap Waspada

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Rabu, 29 Mar 2023 19:15 WIB
Foto: AP/Jeff Chiu
Nusa Dua -

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati percaya diri dampak bangkrutnya Silicon Valley Bank (SVB) di Amerika Serikat (AS) tidak akan membuat ekonomi Indonesia goyang. Namun, dia tetap menekankan pemerintah, khususnya Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) akan tetap waspada memantau dampak SVB ke ekonomi Indonesia.

Masalah perbankan sendiri sempat menjalar ke beberapa bank lainnya di Amerika Serikat. Kemudian, di Eropa permasalahan Suisse Bank juga menjadi sorotan Sri Mulyani dan jajaran pemerintah di KSSK.

"Bank Indonesia, Menteri Keuangan, Otoritas Sektor Keuangan dan Lembaga Penjamin Simpanan kita saksikan dengan kewaspadaan tinggi episode ini di Amerika Serikat dan Eropa," kata Sri Mulyani dalam Gala Seminar pada gelaran ASEAN Finance Ministers and Central Bank Governors (AFMGM) di Bali Nusa Dua Convention Center, Rabu (29/3/2023).

Khusus masalah pada SVB, Sri Mulyani menjelaskan masalah muncul setelah bank tersebut investasinya mengalami penurunan pesat. Hal itu terjadi karena SVB memegang obligasi pemerintah.

"Di mana obligasi menderita tingkat bunga yang sangat tinggi oleh Federal Reserve menderita dalam hal harga, jadi apa yang terjadi di pasar pasti akan mengikis neraca mereka," papar Sri Mulyani.

Menurutnya, sudah ada stress test yang dilakukan regulator keuangan dan hasilnya pun menunjukkan ketahanan sektor keuangan masih sangat baik.

"Kami berdiskusi dan tentu saja kami lakukan dan kami terus melakukan stress test. Adalah suatu keharusan bagi kami untuk tidak terkejut dengan potensi risiko yang mungkin timbul dari risiko dan dinamika yang sangat berbeda ini," jelas Sri Mulyani.

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan bank sentral telah melakukan serangkaian stress test untuk menguji seberapa kuat ketahanan perbankan Indonesia.

Dia menjelaskan saat ini rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) perbankan di Indonesia 25,88% per Januari 2023. Kemudian, non performing loan (NPL) 2,59% secara gross dan 0,76% secara neto. Hasil tersebut menegaskan ketahanan sektor keuangan di Indonesia dari dampak kebangkrutan bank di AS dan Eropa.

"Ini menopang ketahanan perbankan di Indonesia, sehingga diperkirakan kinerjanya tidak terdampak langsung dengan dinamika penutupan 3 bank," kata Perry dalam konferensi pers, Kamis (16/3/2023) yang lalu.

Kembali ke Sri Mulyani, dia memaparkan pihaknya akan terus menerus kalibrasi kebijakan secara rutin dengan KSSK. Konsolidasi akan dilakukan dan semua keputusan kenikir akan dilakukan secara kredibel dan transparan.

"Jadi kami dapat membuat buffer. Karena kami benar-benar tidak tahu apakah enam bulan atau 12 bulan ke depan, situasinya tidak akan menguntungkan dan Anda membutuhkan semua kekuatan Anda atau kekuatan konsolidasi Anda untuk menghadapi ketidakpastian semacam ini," kata Sri Mulyani.

Dia mengatakan tantangan bauran kebijakan makro antara kebijakan moneter dan fiskal memang sangat besar. Tantangan itu hanya akan bisa ditangani ketika stabilitas sektor keuangan terjaga, sehingga neraca sektor keuangan baik bank maupun lembaga keuangan non bank perlu terus dipantau.

"Koordinasi antara semua otoritas ini adalah suatu keharusan, seperti yang dikatakan Pak Perry sebelumnya bahwa hubungan kita secara kelembagaan dan pribadi sangat baik. Dan itu banyak terjadi karena pada saat krisis, pasar dan ekonomi membutuhkan jangkar kepercayaan," pungkas Sri Mulyani.



Simak Video "Video: Senyum Sri Mulyani Saat Ditanya Isu Mundur dari Kabinet Prabowo"

(hal/zlf)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork