Dedolarisasi menjadi topik yang kembali hangat dibahas di dunia ekonomi. Kondisi ketidakpastian global yang tak kunjung usai membuat isu ini semakin santer dibahas.
Aksi dedolarisasi alias mengurangi penggunaan mata uang dolar Amerika Serikat (AS) ramai dilakukan demi mengurangi volatilitas yang ada. Fenomena dedolarisasi diperkuat dengan momentum merapuhnya ekonomi AS dan munculnya sejumlah negara dengan kekuatan ekonomi baru.
Di tengah kondisi ekonomi yang tengah beranjak menuju pemulihan, isu ini menjadi sangat menarik untuk pelaku ekonomi dan dunia industri, terutama terkait usaha menurunkan risiko nilai tukar mata uang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lantas, seperti apa fenomena ini disikapi Indonesia? Seperti apa peluang dedolarisasi mengurangi risiko nilai tukar rupiah? Lalu, apakah dedolarisasi bisa mengurangi kekuatan dolar AS sebagai salah satu instrumen investasi di masyarakat?
Saksikan diskusinya bersama Direktur Eksekutif-Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Erwin Haryono dan Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede dalam program d'Mentor hari ini, jam 7 malam di detikcom.
(eds/eds)