RI dan China Makin Mantap buat Bye Dolar AS!

Samuel Gading - detikFinance
Kamis, 28 Sep 2023 19:00 WIB
Gubernur BI Perry Warjiyo di acara Indonesia-China Business Forum - Foto: Dok. Bank Indonesia
Jakarta -

Bank Indonesia (BI) terus mendorong penggunaan mata uang lokal atau Local Currency Transaction (LCT) untuk aktivitas keuangan lintas negara. BI mempromosikan penggunaan LCT sebagai mata uang perdagangan, investasi, pasar keuangan, dan perbankan, serta transaksi pembayaran antarnegara dalam "Indonesia-Tiongkok Business Forum" di Beijing, Republik Rakyat China (26/9/2023). Dalam ajang tersebut, BI meyakinkan bahwa penggunaan LCT akan lebih menguntungkan kemitraan ekonomi antara Indonesia dan China.

Gubernur BI Perry Warjiyo, menyampaikan bahwa ada lima alasan kuat China perlu terus berinvestasi di Indonesia. Kelimanya adalah pondasi makroekonomi yang stabil, pertumbuhan yang tinggi, berlanjutnya reformasi struktural dan hilirisasi sumber daya alam. Kemudian digitalisasi ekonomi dan keuangan yang terakselerasi, serta pengembangan ekonomi inklusif dan berkelanjutan.

Menurut Perry, semua ini didukung pasar dan konsumsi domestik yang luas, lalu meluasnya sektor jasa dan meningkatnya ekonomi penduduk generasi milenial. Sebagai mitra dagang terbesar, ia mengatakan bahwa China perlu memperkuat hubungan bilateral dengan Indonesia.

Pertimbangan lainnya, performa makroekonomi Indonesia mencatatkan inflasi rendah yang diproyeksikan terus menurun. Lagipula, nilai tukar rupiah selama ini juga stabil. Defisit fiskal yang terus mengecil akan meningkatkan pembiayaan perbankan.

"Indonesia stabil secara makroekonomi, moneter, dan stabilitas keuangan. Hal ini penting karena tidak ada investasi dan prospek bisnis apabila suatu negara tidak stabil," ucap Perry dalam siaran pers, ditulis Kamis (28/9/2023).



Selain dengan China, Perry menjelaskan bahwa kerja sama LCT sudah diimplementasikan Indonesia dengan sejumlah negara kawasan. Di antaranya adalah Malaysia, Thailand, dan Jepang. Dua negara lain yakni Singapura dan Korea Selatan, bahkan sudah sepakat membangun kerangka implementasi kerja sama LCT dengan Indonesia.

Sebagai mekanisme transaksi bilateral, Perry mengatakan LCT dapat mendorong masing-masing negara mitra menggunakan mata uang lokal dalam bertansaksi. Dalam hal Indonesia-China, berarti penggunaan Yuan maupun Rupiah. LCT dapat menurunkan ketergantungan kedua negara mitra dengan mata uang asing lain.

Sejak 2017, Perry menjelaskan bahwa sudah ada 16 bank Indonesia dan delapan bank di China yang menggunakan LCT. Kinerja LCT Indonesia-Tiongkok selama dua tahun tahun terakhir pun menunjukkan perkembangan positif, dari segi volume maupun jumlah pengguna. Dalam rangka mengoptimalisasi LCT, Perry pun mendorong komitmen pimpinan bank dan pelaku usaha untuk terus meningkatkan pengunaan LCT di masa yang akan datang.

Mekanisme LCT diyakini akan mendorong kerja sama investasi dan perdagangan kedua negara. Kampanye secara langsung di negara China untuk mendorong pemanfaatan telah diimplementasikan sejak 6 September 2021 lalu.

Selain itu, di kesempatan yang sama, BI turut menandatangani kerja sama dengan People's Bank of China (PBOC) atau Bank Sentral China dan Tsinghua University.

Bersama PBOC, kerja sama meliputi kebijakan moneter, kebijakan makroprudensial, stabilitas keuangan dan sistem pembayaran, termasuk inovasi digital dalam sistem dan jasa pembayaran, kerangka pengaturan dan pengawasan dalam konteks anti pencucian uang/pemberantasan pendanaan terorisme, serta bidang lain yang disepakati. Implementasi kerja sama akan dilaksanakan melalui dialog kebijakan, kerja sama teknis, pertukaran data/informasi, dan proyek bersama.



Adapun dengan Tsinghua University, nota kesepahaman (NK) di bidang pembelajaran dan riset. NK meliputi kolaborasi dalam sejumlah hal yakni, Program pendidikan formal dan program capacity building, kerja sama riset pada bidang ekonomi dan area lain yang relevan, pertukaran resource person (fakulti dan expert). Serta kerjasama dalam penyelenggaraan seminar dan pertemuan akademik, dan (v) Pertukaran materi pembelajaran, riset, publikasi dan informasi akademik.

Dalam rentetan agenda BI pula, Direktur Eksekutif Kepala Departemen BI Erwin Haryono, menjelaskan Indonesia menawarkan empat sektor kurasi proyek clean and clear (CnC) yang sedang berjalan. Keempatnya adalah energi terbarukan, proyek di kawasan IKN Nusantara, infrastruktur transportasi dan industri kendaraan listrik.

Berdasarkan hasil kurasi sejumlah pihak termasuk Bank Indonesia, terdapat 16 proyek terpilih dari seluruh Indonesia yang ditawarkan. Di antaranya proyek energi panas bumi, pengolahan limbah, pabrik karet, pengembangan komoditas kakao, proyek jalan tol, monorel, smelter hingga industri mesin elektrik untuk kendaraan listrik.

"Harapannya, kegiatan promosi investasi ini secara konkrit akan mewujudkan kemitraan yang saling menguntungkan antara dua negara," pungkas Erwin.




(kil/kil)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork