Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menaikkan suku bunga BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) 0,25% menjadi 6%. Langkah ini diambil usai BI menahan suku bunganya di level 5,75% sejak Januari 2023 atau delapan bulan berturut-turut.
Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira menilai, langkah ini dilakukan sebagai upaya mitigasi dalam menghadapi pelemahan rupiah. Adapun secara hitung-hitungan moneter, suku bunga acuan memang sudah seharusnya naik.
Ekonomi Indonesia pun kini menghadapi tekanan besar dari eksternal. Utamanya, dari kekacauan geopolitik dan data-data ekonomi global yang memburuk. Dengan demikian, langkah kenaikan suku bunga ini memang perlu dilakukan.
"Pelemahan rupiah masih terus berlanjut bahkan berisiko tembus Rp 16.100 per dollar AS jika tidak dilakukan langkah mitigasi," kata Bhima, kepada detikcom, Jumat (20/10/2023).
Bhima menilai, kondisi pelemahan rupiah ini sampai mengancam kenaikan pada harga barang-barang impor, terutama pangan dan bahan bakar minyak (BBM). Sebut saja harga beras yang saat ini sudah naik tajam, menurutnya harganya bisa makin mahal karena harga impornya tinggi.
"Kemudian BBM juga biaya impornya naik dan BBM non subsidi bisa terus naik. Imported inflation akan kita lihat dalam jangka pendek, daya beli masyarakat bakal melemah di akhir tahun,"
Di sisi lain meski BI sudah menaikkan suku bunga hingga 0,25%, tak berdampak signifikan pada imbal hasil atau yield. Bhima mengatakan, selisih imbal hasil antara surat utang AS dan SBN tenor 10 tahun hanya 3,1%.
"Kecil sekali selisihnya dengan risk free asset, akibatkan investor keluar dari pasar keuangan. Apalagi kalau Fed rate naik sekali lagi," ujarnya.
Senada, Pengamat perbankan Paul Sutaryono mengatakan, langkah BI dalam menaikkan suku bunga acuannya penting sebagai upaya strategis untuk menahan tergerusnya nilai rupiah.
"Untuk menahan agar depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tak terlalu tinggi. Hal itu juga sebagai langkah jitu untuk melakukan antisipasi terhadap kenaikan suku bunga acuan AS (The Fed Fund Rate/FFR) yang diprediksi bakal naik," ujarnya, saat dihubungi terpisah.
Adapun Bank Sentral AS, The Fed, diproyeksikan masih akan melakukan pengetatan dalam rangka menurunkan inflasi. Dalam hal ini, inflasi AS masih berada pada level 3,7%, cukup jauh dari target The Fed di 2%.
Sebagai tambahan informasi, sebelumnya Gubernur BI Perry Warjiyo telah membeberkan alasan di balik langkah BI menaikkan suku bunga acuannya. Ia menjelaskan, kenaikan bunga acuan BI untuk memperkuat nilai tukar rupiah yang belakangan melemah terhadap dolar AS dan untuk memitigasi dampak terhadap inflasi.
"Kenaikan ini untuk memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah, tingginya ketidakpastian global, serta sebagai langkah forward looking untuk memitigasi dampaknya terhadap inflasi barang impor atau imported inflation sehingga inflasi tetap terkendali dalam sasaran 3+-1% pada 2023 dan 2,5+-1% pada 2024," tuturnya.
Perry menyebut dinamika global terjadi sangat cepat. Berdasarkan hasil pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia 2023 baru-baru ini di Maroko, disebutnya ada lima dinamika perubahan global yang cepat, pertama, pertumbuhan ekonomi global yang melambat.
"Kemungkinan dalam dua tahun ke depan 2024 dan 2025 pertumbuhan ekonomi akan melambat. Tahun depan divergensi sumber pertumbuhan antar negara masih lebar tapi baru menyempit 2025 dan 2026 itu kemungkinan akan mulai stabilizing," jelas Perry.
Kedua, tensi ketegangan geopolitik yang meningkat. Hal ini menyebabkan harga minyak dan pangan tinggi, sehingga akan memperlambat penurunan inflasi global. Ketiga, suku bunga di negara maju termasuk AS diperkirakan akan higher for longer hingga paruh pertama 2024. Perry memprediksi penurunan baru akan terjadi pada paruh kedua 2024.
"Maksudnya higher for longer, kami menakar ada probabilitas sekitar 40% Fed Fund Rate akan naik di Desember, tapi ketidakpastian kan tinggi, meskipun naik atau tidak itu masih akan tetap tinggi khususnya di paruh pertama tahun depan. Baru akan mulai menurun pada paruh kedua tahun depan. Jadi kemungkinan itu akan begitu," jelasnya.
(shc/kil)