Cara Atur Keuangan Biar Nggak Boncos Gara-gara Gaji Dipotong Tapera

Cara Atur Keuangan Biar Nggak Boncos Gara-gara Gaji Dipotong Tapera

Ignacio Geordi Oswaldo - detikFinance
Selasa, 28 Mei 2024 17:03 WIB
Uang Gaji
Foto: iStock
Jakarta -

Para pekerja diwajibkan untuk menyisihkan 3% dari gaji atau pendapatan mereka untuk membayar iuran Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera). Apa yang bisa dilakukan pekerja agar iuran ini tidak memberatkan kantong mereka?

Perencana keuangan Andy Nugroho mengatakan pada dasarnya para pekerja tidak bisa menghindari potongan sebesar 3% untuk iuran Tapera. Untuk itu ia menyarankan para pekerja untuk memiliki usaha sampingan yang bisa digunakan untuk menutupi pengeluaran iuran Tapera ini.

"Jadi yang perlu dipahami, kita nggak bisa menghindari potongan Tapera ini. Karena yang namanya Peraturan Pemerintah atau seperti pajak itu kan kita nggak bisa menghindar," kata Andy saat dihubungi detikcom, Selasa (28/5/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi yang bisa kita lakukan apa? Pastinya adalah karena penghasilan kita berkurang 3% dari yang seharusnya, kemudian kita harus mengakali untuk menutup 3% itu seperti apa. Contoh kita bekerja tambahan ekstra atau buka usaha sampingan biar dapat income (penghasilan) lebih besar. Jadi walaupu ada potongan Tapera ini tidak pengaruh sama keseluruhan penghasilan kita," jelasnya.

Namun bagi mereka yang tidak memiliki pekerjaan tambahan atau usaha sampingan tadi, menurutnya mau tidak mau pekerja harus mengurangi sebagian pengeluaran mereka untuk membayar iuran.

ADVERTISEMENT

"Ya kita harus merelakan atau lebih irit untuk pos pengeluaran lainnya. Karena selain penghasilan kita tidak bertambah, justru malah berkurang 3% karena ada potongan Tapera ini," ucapnya.

Secara spesifik, Andy mengatakan pekerja harus mengurangi pengeluaran untuk kebutuhan tersier seperti rekreasi atau membeli produk yang tidak mendesak untuk dimiliki. "Saya rasa yang paling mungkin kita potong pengeluaran lainnya itu adalah kebutuhan 'Me Time' kita, kebutuhan untuk senang-senang kita," ungkap Andy.

Namun bukan berarti para pekerja harus merelakan pengeluaran mereka untuk rekreasi. Sebab menurutnya pos pengeluaran ini penting untuk tetap menjaga atau meningkatkan motivasi dalam bekerja.

"Saya selalu mengatakan bahwa sebaiknya kita mengalokasikan budget untuk kebutuhan kita senang-senang atau Me Time kita. Nah itu alokasinya 10% dari pendapatan. Terserah mau buat apa, mau buat jalan kek, mau buat nonton film lah, atau nongkrong di kafe kek, terserah lah," papar Andy.

"Nah dengan kondisi penghasilan kita terpotong tadi, saran saya kurangi untuk kebutuhan senang-senang ini tadi. Karena pos pengeluaran yang lain memang untuk kebutuhan kita sehari-hari. Saya melihatnya pada kebutuhan yang memang lebih penting," ucapnya lagi.

Senada dengan itu, perencana keuangan Eko Endarto mengatakan para pekerja yang gajinya dipotong 3% untuk Taspen ini harus merelakan sebagian pos pengeluaran mereka. Namun menurutnya pekerja masih bisa mengatur dengan bebas pos pengeluaran mana yang harus dikurangi.

"Karena tapera jadi kewajiban, maka mau ngga mau harus dialokasikan. Jadi pasti ada alokasi lain yang harus dikurangi," ujar Eko.

"Kalau kita anggap Tapera sebagai investasi, maka alokasi investasi bisa disesuaikan. Kalau dianggap sebagai bagian investasi. Tapi kalau ada yang bisa mengurangi alokasi utang dan konsumsi, itu lebih baik lagi," tambahnya.

Di luar itu, secara umum Eko mengatakan para pekerja perlu untuk membagi pengeluaran mereka dalam empat pos yang meliputi alokasi untuk bayar cicilan atau utang, alokasi untuk investasi, alokasi untuk dana darurat atau proteksi (asuransi dan lain sebagainya), dan sisanya baru untuk kebutuhan konsumsi.

"Alokasi standart 30% untuk cicilan utang, 10% untuk investasi, 10% untuk proteksi, baru sisanya dipakai untuk konsumsi," pungkas Eko.

(fdl/fdl)

Hide Ads