Industri pembiayaan atau multifinance berada dalam ancaman stagnasi kinerja seiring dengan melemahnya penjualan mobil baru. Nasib industri multifinance terus terhimpit tatkala pemerintah menetapkan kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% dan ospen pajak.
Ditinjau dari data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil mengalami penurunan baik secara tahunan maupun bulanan. Data penjualan wholesales Gaikindo menunjukkan penurunan pada bulan November sebesar 14,7% secara tahunan (year-on-year/yoy), di mana penjualan tercatat sebanyak 787.788 unit.
Penurunan juga terjadi pada sektor penjualan penjualan ritel yang tercatat sebanyak 806.721 unit atau lebih rendah 11,2% yoy dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya sebanyak 908.473 unit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno menuturkan, sektor multifinance akan sangat bergantung pada industri otomotif. Ia menyebut, sektor multifinance berada di posisi downstream ekosistem industri.
"Jika industri otomotif, baik R4 maupun R2, terkoreksi kami pun akan terdampak, seperti yang terjadi di tahun 2024 ini," ungkap Suwandi kepada detikcom, Kamis (12/12/2024).
APPI bersama asosiasi industri R2 dan R4, tutur Suwandi, tengah mengkaji dampak yang ditimbulkan dari pemberlakuan PPN 12% dan pajak untuk kendaraan roda dua dan roda empat di luar Jakarta terhadap industri multifinance.
Sebagai perusahaan pembiayaan, kata Suwandi, industri multifinance hadir untuk memberikan pinjaman kepada masyarakat yang hendak memiliki kendaraan atau produk baru. Hal itu juga berguna untuk menopang pertumbuhan pasar dan perekonomian sebagaimana diketahui 70% pembelian produk didukung oleh industri multifinance.
"Jika penjualan kendaraan menurun, dengan sendirinya dana pembiayaan yang kami gulirkan juga akan menurun sehingga secara tidak langsung industri pembiayaan tidak akan bertumbuh sebagaimana prediksi sebelumnya," ungkapnya.
Sebelumnya, Ketua I Gaikindo Jongkie Sugiarto mengaku masih menaruh harap penjualan mobil dapat menyentuh 850 ribu unit. Apalagi, Gaikindo sendiri telah merevisi proyeksi penjualan yang sebelumnya sebesar 1,1 juta unit di tahun 2024.
Ia juga mengaku khawatir dengan kenaikan ospen pajak dan PPN sebesar 12%. Menurutnya, kenaikan besaran kedua pajak tersebut berisiko besar menekan industri otomotif di tahun 2025 mendatang.
"Memang tahun depan akan ada kenaikan PPN, Opsen Pajak, UMP dan lain-lain. Kami perkirakan akan makin sulit untuk mendapatkan angka-angka penjualan yang baik," kata Jongkie dalam keterangannya, Senin (9/12/2024).
Untuk diketahui, Opsen pajak adalah pungutan tambahan pajak menurut persentase tertentu, berdasarkan Undang-undang No 1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (HKPD).
Nantinya pemerintah kabupaten/kota memungut opsen dari Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB). Sementara itu, pemerintah provinsi dapat memungut opsen dari Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan (MBLB).
Berdasarkan data penjualan mobil secara wholesaler Gaikindo, tercatat sebanyak 74.347 unit pada November 2024 atau turun 11,9% secara yoy dibanding November 2023 sebesar 84.390 unit. Sementara angka penjualan mobil secara retail tercatat sebesar 76.053 unit di November 2024 atau turun 8,1% yoy dibanding periode yang sama di tahun sebelumnya sebanyak 82.781 unit.
Penurunan juga terjadi secara bulanan, di mana secara wholesales turun 3,7% dibanding penjualan Oktober sebanyak 72.226 unit. Sementara itu, penjualan ritel naik tipis 3,5% secara month-to-month(MtM) menjadi 76.053 unit pada November 2024, dibanding Oktober 2024 sebesar 73.475 unit.
Jika ditinjau berdasarkan merek, penjualan mobil secara wholesales tertinggi masih diraih Grup Astra, yakni Toyota dan Daihatsu dengan masing-masing sebesar 26.984 unit dan 10.030 unit pada November 2024. Berturut-turut, penjualan mobil terlaris juga diikuti Honda sebesar 8.397 unit, Mitsubishi Motors 6.050 unit dan Suzuki 5.605 unit.
Optimisme Pelaku Industri
Presiden Direktur BCA Finance Roni Haslim menilai, kebijakan menaikan PPN menjadi 12% tidak begitu mempengaruhi kinerja industri. Menurutnya, kenaikan 1% PPN tidak terlalu berdampak pada industri multifinance.
Akan tetapi, Roni mengaku belum bisa menerka dampak kenaikan PPN terhadap harga On The Road (OTR) atau harga beli kendaraan yang sudah termasuk biaya pengurusan dokumen dan pajak.
"Kalau memang terjadi kenaikan sebesar 1%, kami yakin tidak akan berdampak terlalu besar," kata Roni saat dihubungi detikcom, Senin (9/12/2024).
Sementara sepanjang bulan Januari hingga November 2024, tutur Roni, BCA Finance mencatat pembiayaan baru atau new booking sebesar Rp43,8 triliun. Angka tersebut tumbuh 9,9 persen dibanding tahun sebelumnya.
"New booking ytd November 2024 sebesar Rp43,8 triliun, naik 9,9% dibanding periode sama tahun lalu," ungkapnya.
Lain halnya dengan Cimb Niaga Auto Finance (CNAF) yang memandang tahun 2025 akan menjadi periode yang cukup menantang untuk memacu kinerja perusahaan. Presiden Direktur CNAF Ristiawan Suherman menyebut, industri multifinance akan berjalan penuh tantangan seiring kebijakan PPN 12% dan ospen pajak.
"Tahun 2025 diprediksi masih menjadi tahun yang cukup menantang salah satunya efek dari kebijakan PPN 12% tersebut. Ditambah dengan daya beli masyarakat yang diprediksi belum pulih sepenuhnya," kata Presiden Direktur Cimb Niaga Auto Finance (CNAF) Ristiawan Suherman, saat dihubungi detikcom, Senin (9/12/2024).
Kendati demikian, Ristiawan mengaku optimis CNAF tetap tumbuh baik sesuai target pembiayaan sebesar Rp9,5 triliun di tahun 2025. Sejalan dengan itu, CNAF juga telah menetapkan langkah strategis untuk mengoptimalkan penyaluran pembiayaan baru dan menjaga kesehatan portofolio.
Saat ini, tutur Ristiawan, CNAF masih menyalurkan pembiayaan untuk mobil baru, mobil bekas dan refinancing atau fasilitas dana. Ke depan, ia menyebut segmen pembiayaan mobil baru dan bekas akan terdampak kenaikan PPN.
Sementara itu, tutur Ristiawan, CNAF telah menyalurkan total pembiayaan sebesar Rp8,79 triliun sepanjang periode Januari hingga November 2024. Adapun angka tersebut tumbuh 11% dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Adapun capaian tersebut ditopang oleh penyaluran pembiayaan mobil baru dan bekas sebesar Rp 5,35 trilliun.
"Dari total tersebut, didominasi oleh pembiayaan mobil baru dan bekas dengan harga pembiayaan berkisar Rp250 - Rp500 juta yang mengalami pertumbuhan 25% dari Rp1,58 triliun menjadi Rp1,99 Triliun," jelasnya.
"Dan untuk pembiayaan mobil di CNAF dengan harga di atas Rp500 juta, CNAF mencatatkan adanya tren peningkatan sebesar 15% dari Rp1,24 Triliun menjadi Rp1,35 Triliun," tambahnya.
Dihubungi terpisah, Direktur Bisnis & Portofolio PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (Adira) Harry Latif menuturkan, kebijakan opsen pajak kendaraan bermotor berdampak pada kenaikan biaya yang dikeluarkan konsumen untuk membeli kendaraan. Menurutnya, hal ini akan berdampak terhadap perusahaan multifinance.
Saat ini, tutur Harry, sekitar 75% dari total pembiayaan yang disalurkan oleh Adira Finance didominasi sektor otomotif. Ia menilai, kenaikan biaya dalam pembelian kendaraan dapat berpotensi menekan minat konsumen.
"Terutama mengingat daya beli masyarakat, khususnya segmen kelas menengah ke bawah, yang sedang melemah," ungkap Harry saat dihubungi detikcom, Senin (9/12/2024). .
Hingga Oktober 2024, Harry mengaku pembiayaan baru yang disalurkan Adira Finance tercatat sebesar Rp30,7 triliun. Angka tersebut menurun hingga 9% dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.
"Penurunan ini seiring dengan kondisi ekonomi dan industri otomotif yang masih menantang," jelasnya.
Meskipun demikian, Harry mengaku Adira Finance telah menetapkan berbagai langkah mitigasi untuk mendorong kinerja bisnis di tengah tantangan ekonomi dalam negeri. Salah satunya dengan melakukan ekspansi bisnis secara selektif ke daerah yang dinilai memiliki potensi tinggi.
Selain itu, perusahaan juga terus melakukan pengembangan bisnis non-otomotif seperti pembiayaan multiguna. Ia juga menyebut, Adira Grup akan memperkuat kolaborasi untuk meningkatkan customer base, dan meningkatkan customer retention melalui penawaran yang lebih seiring dengan inisiatif memperbaiki struktur biaya dengan proses digitalisasi.
Dengan langkah inisiatif tersebut, Harry mengaku optimis Adira Finance mampu mencapai target penyaluran pembiayaan baru hingga 16% di tahun depan. "Mengenai target di tahun depan, Perusahaan menargetkan kenaikan pada penyaluran pembiayaan baru sebesar 14%- 16%," tutupnya.
Simak juga Video 'Pernyataan Prabowo soal PPN 12% Bakal Selektif Untuk Barang Mewah: