Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyampaikan sejumlah bank sentral kompak memangkas suku bunga acuan. Bank sentral itu seperti Bank Sentral Eropa (ECB), Bank Sentral Inggris (BoE), hingga Bank Sentral Republik Rakyat China (PBoC).
Mulanya, Sri Mulyani menjelaskan situasi dunia masih mengalami dinamika yang tinggi, meskipun ada kesepakatan antara China dengan Amerika Serikat (AS) soal pengenaan tarif impor. Bank Sentral AS, The Fed menahan suku bunga di level 4,25-4,50% untuk pertemuan ketiga berturut-turut pada Mei 2025.
Menurut Sri Mulyani, penahanan suku bunga ini lantaran The Fed masih melihat adanya potensi inflasi akibat pengumuman tarif impor oleh Trump ke sejumlah negara, meskipun negosiasi tarif telah dilakukan.
"Dari ECB dan BOE, keduanya menurunkan suku bunga. Karena dengan adanya eskalasi perang dagang, prospek pertumbuhan ekonomi Eropa dan Inggris dianggap semakin melemah oleh karena itu bank sentral segera bereaksi menurunkan suku bunga utama," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers, di kantornya, Jakarta Pusat, Jumat (23/5/2025).
Bank Sentral Eropa (ECB), memangkas suku bunga acuannya menjadi 2,40%. Sementara, Bank Sentral Inggris (BoE) menjadi 4,25%. Tidak hanya itu, Bank Sentral Republik Rakyat China (PBoC) juga turut memangkas suku bunga acuannya sebesar 10 basis poin (bps).
"Ini tandanya berarti (PBoC) ingin membuat stimulus melalui moneter karena tekanan tarif Amerika Serikat akan mengancam pelemahan ekonomi sehingga dilakukan dengan menurunkan suku bunga dan Required Reserved Ratio," tambah Sri Mulyani.
Sementara itu, Bank Indonesia (BI) juga menurunkan suku bunga sebesar 25 bps menjadi 5,5%. Penurunan suku bunga ini dilakukan lantaran BI melihat adanya inflasi yang rendah serta nilai tukar rupiah yang stabil.
"Dan fokusnya ingin mendukung agar pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa lebih meningkat dengan penurunan suku bunga," imbuh Sri Mulyani.
Tonton juga "Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat Takkan Mundur Usai Trump Dilantik" di sini:
(acd/acd)