Kesulitan keuangan biasanya membuat seseorang harus memutuskan berutang. Namun, di tengah perjalanan membayar utang, masalah baru yang datang membuat seseorang mengambil keputusan baru untuk menutup utang dengan utang baru.
Pilihan ini pada awalnya tampak baik-baik saja. Namun, membiasakan diri menutup utang dengan membuka utang baru bisa berakibat fatal jika dilakukan terus menerus. Alih alih selesai dari utang, kemudian malah terancam tak bisa lepas dari jeratan utang.
Ketika seseorang merasa mudah menemukan solusi membayar utang dengan mengandalkan uang dari pihak lain, membuat ia jadi 'menggampangkan diri' untuk berutang. Padahal solusi meminjam uang dari pihak lain hanyalah bersifat sementaraβbukan menyelesaikan secara tuntas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Logika yang menjelaskan mengapa terjadi peristiwa gali lubang tutup lubang ini adalah pada saat seseorang tidak lagi mampu membayar utang dengan penghasilannya, ia tetap akan berusaha menutup utangnya sebelum jatuh tempo terjadi dengan cara mengambil utang baru untuk menutup utang lamanya.
Padahal nominal utang yang akan dipinjam pasti akan lebih besar dibanding utang lamanya, kenapa demikian? Sebab jumlah utang baru yang dibutuhkan, akan digunakan untuk membayar pokok utang sekaligus beban bunganya.
Peristiwa ini dapat terjadi berulang kali hingga akhirnya hampir atau malah seluruh penghasilan seseorang akan habis hanya digunakan untuk membayar utang. Bahkan tak sedikit pula yang sampai mengalami minus neraca keuangan pribadi yang semakin dalam karena harus memenuhi kebutuhan sehingga terjebak untuk mengambil utang baru lagi dan lagi dalam rangka menutup utang-utang sebelumnya. Miris bukan?