Lalu, untuk pengeluaran busana dan perlengkapan ibadah. Meskipun tidak wajib, akan tetapi bagi yang merasa butuh untuk belanja kebutuhan satu ini dipersilahkan saja asal jangan lebih dari 20%.
"Ya kalau hidup sendiri belum nikah, itu cuma pengeluaran Anda saja, tapi kalau sudah berkeluarga, digabung dengan penghasilan pasangan. Atau hanya penghasilan salah satunya, ya dihitung 20% nya saja," katanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terakhir, untuk pengeluaran mengisi liburan Lebaran. Menurut Mike, meski dilarang mudik, pasti ada saja pengeluaran tak terduga selama masa-masa libur Lebaran. Entah untuk berkunjung ke keluarga-keluarga dan kerabat terdekat, atau sekadar untuk makan dil uar bersama keluarga inti saat tidak ada yang bisa memasak di rumah.
"Mudik enggak, tapi jalan-jalan terus di mal, silaturahmi tetap jalan, mahal itu, tiap hari jalan, pagi makan di mana, malam makan di mana, mumpung liburan. Harus ada alokasi untuk ini, caranya tiap hari didata gitu," katanya.
Selebihnya, baru boleh dianggarkan untuk pengeluaran lain, misal untuk mendekorasi rumah dan lainnya. Akan tetapi, Mike mengingatkan, lebih baik dianggarkan dulu untuk kewajiban-kewajiban lain, seperti membayar kredit, dan lain-lain atau bisa juga disimpan sebagai dana darurat.
"Kalau tidak ada utang, KPR juga lancar, lebih baik disimpan jadi dana darurat," tuturnya.
(eds/eds)