Begini Jurus Atur Keuangan Pasca Kena PHK

ADVERTISEMENT

Begini Jurus Atur Keuangan Pasca Kena PHK

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Rabu, 23 Nov 2022 15:28 WIB
ilustrasi uang
Foto: iStock
Jakarta -

Awan gelap kembali menyelimuti perusahaan-perusahaan teknologi. Badai pemutusan hubungan kerja (PHK) kembali menghantam, baik perusahaan di dalam maupun luar negeri. Tak tanggung-tanggung, angka yang terdampak pun cukup signifikan hingga capai ribuan orang.

Dalam kondisi tersebut, masyarakat yang terdampak PHK harus benar-benar mengatur keuangannya demi mencegah hal-hal yang tidak diinginkan di kemudian hari. Perencana Keuangan dari Tatadana Consulting, Tejasari Assad, mengatakan, langkah pertama yang harus dilakukan masyarakat yang terdampak PHK yaitu mencari tahu berapa pesangon yang didapat.

Setelah itu, lanjut Teja, masyarakat juga perlu menghitung pengeluaran bulanan dengan penghematan selama belum mendapatkan pekerjaan baru.

"Yang berikutnya, hitung uang pesangon yang didapat, kira-kira bisa meng-cover berapa bulan untuk kebutuhan hidup," kata Teja kepada detikcom, Rabu (23/11/2022).

Teja juga menekankan, penting untuk dalam situasi tersebut melakukan penghematan. Ada beberapa saran yang disampaikannya, yang pertama yaitu para perantau yang hidup 'ngekos' agar bisa kembali ke rumah orang tua untuk menghemat biaya tempat tinggal dan makan.

"Jangan juga belanja barang konsumtif dulu, seperti baju, sepatu, dan lain-lain. Lalu, Hemat konsumsi, transportasi dan biaya telpon. Dan yang terakhir, berhenti dulu membership seperti gym dan sebagainya," katanya.

Lebih lanjut, ia juga menekankan, jangan sampai mengambil utang, apalagi ke pinjaman online. Karena belum dapat dipastikan kapan bisa mendapat pekerjaan baru. Teja juga tidak menyarankan untuk mengambil investasi yang beresiko tinggi. Dikhawatirkan uang pesangon justru malah langsung habis.

"Selama mencari pekerjaan lagi, cari pekerjaan part time, atau sampingan, untuk nambah nambah," tandasnya.

Senada dengan Teja, Perencana Keuangan Andy Nugroho mengatakan, masyarakat harus menetapkan skala prioritas dari pengeluaran. Dalam hal ini, yang ditekankan ialah kebijakan dalam penggunaan uang pesangon. Jangan pula terlena dengan uang pesangon yang besarannya bisa capai total gaji dalam 2-3 bulan itu.

"Uang pesangon ini sebaiknya kita harus lebih bijak dalam pemanfaatannya. Contohnya, prioritaskan kebutuhan yang sangat penting dan urgent, yang bersifat wajib. Misalnya kita punya cicilan kredit rumah atau kendaraan bermotor. Atau uang anak sekolah, beli listrik, air. Itu prioritas yang harus dipenuhi," kata Andy.

Kemudian, Andy juga menyarankan untuk mengurangi pengeluaran yang kurang dibutuhkan. Bahkan bukan hanya dikurangi, sebisa mungkin dihentikan dulu.

"Nggak cuma dikurangi, tetapi juga di-stop. Kenapa? Ya karena kita tidak tahu sampai kapan kita bisa mendapatkan penghasilan lagi. mau tidak mau, kita harus berhemat di situ," lanjutnya.

Sementara untuk orang yang tidak mendapat pesangon, salah satu langkah yang bisa dilakukan yaitu jual aset. Cari pinjaman juga bisa dijadikan pilihan, hanya saja Andy menyarankan meminjam dari orang terdekat seperti teman ataupun saudara. Hal ini juga bisa dilakukan oleh orang yang dalam beberapa bulan belum mendapat pekerjaan baru hingga uang pesangonnya terus menipis.

"Kalau cari pinjaman pastinya pinjaman yang jelas bukan dari lembaga keuangan ataupun dari fintech, karena pasti ada tenornya dan juga bunganya cukup besar. jadi carilah dari teman ataupun saudara yang memungkinkan untuk memberi waktu andaikan kita belum mampu bayar," terang Andy.



Simak Video "Zoom Pangkas 1300 Karyawannya"
[Gambas:Video 20detik]
(zlf/zlf)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT