Jakarta - Tahun 2020 tinggal menghitung hari. Resolusi investasi sudah harus disiapkan untuk tahun depan supaya cuan.
Kira-kira jenis investasi apa ya yang bisa dilakukan tahun depan?
Perencana Keuangan dari Mitra Rencana Edukasi (MRE) Andy Nugroho mengungkapkan instrumen investasi memiliki jenis yang beragam. Namun ada instrumen yang menyita perhatian.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ada yang baru tumbuh dan berkembang dan menarik perhatian adalah peer to peer lending dan equity crowdfunding yang keduanya berbasis fintech," kata Andy saat dihubungi
detikcom, Rabu (25/12/2019).
Dia mengungkapkan, sebelum berinvestasi di peer to peer lending ini pastikan legalitas dari perusahaan tersebut. "Jika mau investasi di P2P ini harus juga mempelajari risikonya, apa saja yang akan dihadapi, agar mendapatkan keuntungan," jelas dia.
Selain itu, investasi apa lagi yang bakal cuan di 2020?
Selain P2P, investasi di instrumen emas atau logam mulia juga bisa menjadi pilihan. Meskipun pertumbuhannya memang tidak terlalu kencang jika dibandingkan dengan investasi di pasar saham atau reksa dana.
Tapi emas merupakan instrumen yang stabil. "Kalau mau investasi emas atau logam mulia itu estimasikan dapat untung setelah minimal satu tahun," imbuh Andy.
Investasi di sektor properti saat ini juga masih menjanjikan. Apalagi dengan adanya properti di segmen menengah ke bawah, sehingga investasi ini tak hanya dikuasai oleh kelas atas dengan rumah mewah.
"Karena bagi kelas ekonomi seperti itu, kebutuhan property adalah untuk rumah pertama yang harus dipenuhi, sehingga pasarnya akan selalu ada," jelas dia.
Investasi jangan cuma ambil untung, tapi perhatikan hal-hal ini juga. Selengkapnya di halaman berikutnya.
Andy mengungkapkan dalam berinvestasi ada sejumlah hal yang harus diperhatikan. Dia menjelaskan, calon investor harus benar-benar memahami apa tujuan investasi yang ia inginkan.
Kemudian, sebelum berinvestasi jangan hanya tergiur pada imbal hasil yang ditawarkan. "Jangan ngiler kalau ada yang menawarkan keuntungan tinggi, lihat dulu jenis investasinya apa, logis atau tidak, risikonya seperti apa, intinya harus paham dulu," kata Andy saat dihubungi
detikcom, Rabu (25/12/2019).
Andy mengungkapkan, calon investor juga harus memahami cara kerja investasi yang akan digunakan. Kemudian memeriksa legalitas, apakah investasi tersebut terdaftar di regulator seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk investasi di sektor keuangan.
Jika memang perusahaan atau lembaga dirasa mengkhawatirkan, maka harus memperhatikan kelogisannya misalnya, imbal hasil yang wajar, yakni tidak menjanjikan keuntungan besar dalam waktu yang cepat. Seperti pada kasus investasi bodong, yang menjanjikan keuntungan besar dalam waktu singkat. Misalnya menyimpan uang di koperasi A, keuntungannya 30% dalam waktu dua minggu, itu adalah hal yang tidak logis. Karena itu, investor pemula diminta tetap waspada dan berhati-hati.
"Sebelum investasi itu juga harus mengecek berulang ulang soal legalitasnya dan izin usaha perusahaan investasi. Jangan sampai terjebak investasi bodong yang menawarkan keuntungan tinggi dengan risiko rendah, itu tidak pernah ada," jelas dia.
Selanjutnya, investor harus memegang dan memahami prinsip high risk high return dan low risk low return. "Ini akan tetap berlaku bagi kondisi dan produk manapun," ujarnya.
Nah, sekarang jika sudah memilih instrumen investasi, properti misalnya, bagaimana mewujudkannya?
Tahun depan kalau beli rumah cocok nggak?
Menjelang tahun baru 2020, tentunya ada impian-impian baru yang ingin dicapai. Termasuk memiliki rumah idaman. Nah, sudah saatnya nih mulai mempersiapkan keuangan untuk membeli rumah.
Bagaimana sih caranya untuk mewujudkan rumah idaman itu?
Menjawab pertanyaan tersebut, Mitra Rencana Edukasi (MRE) Mike Rini Sutikno menuturkan, memiliki rumah adalah kebutuhan prioritas jangka panjang. Sehingga, harus dipersiapkan jauh-jauh hari.
"Ada kebutuhan jangka panjang yang nanti harus diwujudkan, tapi nanti. Karena itu harus seimbang tahun 2020. Antara bagaimana kita menikmati hidup yang berkualitas, bahagia, dengan menikmati hasil kerja kita. Tapi juga secara jangka panjang kita juga sudah mempersiapkan," kata Rini kepada detikcom, Rabu (25/12/2019).
Rini mengatakan, untuk bisa membayarkan uang muka atau down payment (DP) rumah tak perlu dipaksakan siap dalam satu tahun. Namun, tentunya harus mulai menabung di tahun 2020 nanti. Karena harga properti terus menerus akan naik.
"Misalnya mau mengumpulkan dana DP rumah, karena niatnya 3 tahun lagi sudah bisa DP rumah nih. Dan itu butuh Rp 100 juta. Bagaimana caranya memenuhi itu? Bisa menabung, bisa kerja tambahan, atau setengah dari gaji bisa dibelikan reksa dana," jels Rini.
Tekad mengalokasikan dana untuk DP rumah harus kuat. DP rumah adalah kebutuhan yang harus diutamakan dibandingkan kebutuhan maupun keinginan lainnya.
Rini mencontohkan, dana untuk DP rumah bisa memakan setengah dari pendapatan bulanan. Maka, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, gaya hidup harus disesuaikan dengan setengah dari gaji tersebut.
"Maka tinggal kebutuhan sehari-hari Anda. supaya bisa mengumpulkan DP rumah Rp 100 juta dalam 3 tahun itu, dan sisa gaji hanya setengah. Oleh karena itu, di tahun 2020 gaya hidup harus disesuaikan dengan setengah gaji," pungkas Rini.