Harga saham teknologi mungkin berbalik dari bandingkan tahun-tahun sebelumnya. Tahun ini, kondisi saham teknologi di dunia maupun Indonesia mengalami penurunan cukup signifikan.
Lantas bagaimana prospek dari saham perusahaan teknologi tahun depan?
Direktur Equator Swarna Capital Hans Kwee menilai perusahaan teknologi memang saat ini tengah mengalami kerugian setelah pandemi COVID-19. Hanya saja, menurutnya prospek bagus masih akan dialami oleh perusahaan teknologi.
"Saham teknologi adalah saham yang mengandalkan pertumbuhan jangka panjang, saat ini perusahaan masih menderita kerugian pasca COVID-19. Mereka masih membutuhkan investasi an karena di situ pendapatan baru positif di jangka panjang," ujarnya kepada detikcom.
Terkoreksinya saham perusahaan teknologi pada tahun ini menurutnya tidak lepas dari tren kenaikan suku bunga. Hans mengatakan jika suku bunga naik, maka biaya yang harus dikeluarkan perusahaan (cost of fund) akan meningkat.
"Ketika kita melihat valuasi perusahaan teknologi, ketika cost of fund naik, valuasinya menjadi rendah. Perusahaan teknologi bertumbuh jangka panjang, jadi mereka itu bunga tren naik tentu jadi cenderung lebih murah, sehingga banyak perusahaan teknologi yang terkoreksi," tuturnya.
Hans juga mengungkap ke depan pilihan saham perusahaan teknologi tak akan banyak. Mengingat, investor disebut-sebut tidak akan mau lagi membiayai perusahaan teknologi baru dan merugi.
Menurutnya, hal itu menjadi peluang besar bagi perusahaan teknologi yang ada sekarang. Karena dianggap menjadi sektor investasi yang jangka panjang, maka saham perusahaan teknologi direkomendasikan untuk dibeli dan akan menarik pada tahun depan.
"Tentu level masuknya berapa itu sangat tergantung, kapan bunga itu akan mulai berhenti naik. Bunga Federal Reserve akan berhenti pada kuartal-II 2023, artinya kuartal II-2023 perusahaan teknologi akan cukup menarik," ungkapnya.
Ia juga melihat prospek menarik pada perusahaan teknologi di Indonesia tahun depan. Menurutnya saham GoTo, Blibli dan Bukalapak akan menguasai pasar tahun depan. Meski masing-masing dari perusahaan itu memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing.
"Untuk prospek Bukalapak, punya kelebihan sizenya yang lebih kecil, kerugian lebih termanage, punya cash yang besar. Tetapi kelemahannya punya ekosistem yang tidak lengkap," ungkap Hans.
"Sedangkan Blibli ekosistem lumayan baik, ruginya cukup termanage, dan mereka ditopang oleh perusahaan grup besar yakni Djarum Group. GoTo itu perusahaan teknologi dengan ekosistem paling besar, paling lengkap, kekurangannya kerugiannya lumayan besar," lanjutnya.
Dihubungi terpisah, Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani mengatakan tahun ini memang saham perusahaan teknologi telah cukup terkoreksi. Terutama setelah adanya pemutusan hubungan kerja (PHK) yang menjadi sentimen negatif perusahaan teknologi.
"Kinerja IDX Sektor teknologi per tanggal 14 Desember 2022 terkoreksi sebesar -43,62% YTD. Hal itu membebani laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Sentimen negatif membayangi indeks teknologi terutama adanya PHK di beberapa perusahaan teknologi," jelasnya.
"Di sisi lain, dibukanya lock up saham GOTO membuat saham GOTO mengalami ARB berturut-turut," ujarnya.
Meski begitu, dia memproyeksi masih ada potensi bagus untuk perusahaan teknologi tahun depan. Rekomendasi untuk tahun depan juga masih pada saham GOTO, BELI, dan BUKA. Walaupun hingga Desember ini, beberapa masih mengalami koreksi yang cukup besar.
"Secara kinerja YTD per 19 Desember 2022, kinerja BELI tercatat positif sebesar 4%, BUKA tercatat negatif sebesar -38,6%, dan GOTO terkoreksi signifikan sebesar -75,92%," tutupnya.
Pergerakan Saham Teknologi di RI
Sebagai informasi, pada bulan Mei lalu, dikutip dari CNBC, nilai saham perusahaan teknologi raksasa tergerus US$ 1 triliun atau Rp 14.480 triliun hanya dalam tiga hari perdagangan. Peristiwa ini terjadi usai The Federal Reserve (Bank Sentral Amerika Serikat) menaikkan suku bunga acuan pada Rabu (4/5)
Kemudian, kondisi saham teknologi di Indonesia juga mengalami kondisi serupa. Terbukti dari pergerakan saham-saham teknologi di Indonesia, mulai dari Bukalapak.com (BUKA), PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO), Digital Mediatama (DMMX), NFC Indonesia (NFCX), dan BELI atau PT Global Digital Niaga Tbk (Blibli).
Mengutip pergerakan saham di RTI, misalnya saja seperti GOTO yang harga sahamnya terkoreksi cukup jauh dari harga IPO Rp 338 menjadi Rp 92 saja. Saham BUKA pergerakannya sempat turun tajam pada Oktober 2022. Kemudian mengalami kenaikan hingga ke angka Rp 312 pada bulan November. Saat ini pergerakannya menurun menjadi Rp 264.
Saham BELI juga cenderung mengalami penurunan dalam 3 bulan terakhir. Begitu juga dengan DMMX, sempat di angka Rp 1.445 pada Oktober 2022, saat ini menjadi Rp 975. Saham NFCX juga mengalami koreksi yang luar biasa dalam tiga bulan terakhir, dari sempat Rp 13.000 pada Oktober, kemudian menjadi Rp 8.050.
Simak juga Video: Tutorial Anti FOMO di Pasar Modal