Direktur Ciputra Development Harun Hajadi mengatakan, perusahaan jauh lebih mengkhawatirkan ketidakstabilan nilai tukar. Sehingga langkah BI menaikan suku bunga acuan tidak dikeluhkan oleh perusahaan.
"Memang bunga ada kenaikan yang cukup signifikan. Tetapi menurut saya ketidakstabilan nilai tukar rupiah lebih mempengaruhi pasar properti secara psikologis. Karena itu memberikan suasana keadaan ekonomi yang kurang pasti," ujarnya kepada detikFinance, Senin (19/11/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Properti itu big ticket items, jadi pengaruh psikologis membeli atau tidak membeli itu besar. Mereka merasakan ada ketidakstabilan ekonomi, padahal hanya terjadi fluktuasi nilai tukar. Ini kebanyakan untuk pasar investor, yang mana pembeli properti di Indonesia 50% adalah investor," imbuhnya.
Memang, tambah dia, para pembeli end user akan terpengaruh ketika suku bunga acuan mengerek bunga KPR. Meski begitu, dia menilai BI 7 days reverse repo rate yang kini di posisi 6% masih dalam batas wajar
"Sampai saat ini, bunga KPR masih wajar menurut saya, karena rata-rata masih single digit. Ya pasti kenaikan suku bunga tidak bagus untuk properti, karena berarti bunga KPR meningkat dan pembeli cenderung menunda pembelian jika bunga terlalu tinggi," terangnya.