Bisnis jasa pembuatan rumah 'Ant Man' alias maket miniatur sebenarnya adalah usaha yang cukup menguntungkan. Hal itu juga diakui oleh Ronny (39), pemilik usaha maket miniatur Prabu Pratama
"Sebenarnya kalau kondisi normal bisnis ini menguntungkan sekali. Sampai saya bisa gonta-ganti beli mobil," kata Ronny ketika ditemui di kediamannya, Jakarta, Kamis (25/2/2021).
Ronny membuka jasa maket miniatur dan juga diorama sejak tahun 2010. Namun, ia baru mulai fokus memasarkan jasanya melalui internet di tahun 2012 dengan modal hanya Rp 5.000.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Modal pertama Rp 5.000, buat bayar warnet saja, bikin iklan. Kalau untuk belanja bahan maket dari DP orang, langsung saya belanjakan," jelas Ronny.
Dari satu pesanan, Roni bisa mendapatkan untuk 60%. Misalnya saja untuk 1 proyek maket Rp 20 juta, ia bisa mengantongi keuntungan 60% atau sekitar Rp 12 juta.
"Untung itu bisa 60%, 40% itu sudah termasuk biaya untuk gaji tim, ongkos, transport, uang makan, belanja, semua operasional sudah tertutup. Jadi 60% murni untungnya," terang Ronny.
Sebelum pandemi, ia bisa menerima sekitar 6 pesanan per bulan dan mempekerjakan 24 orang. Dalam 1 bulan, ia bisa mengantongi keuntungan belasan-puluhan juta rupiah.
Ia bahkan pernah mengerjakan pesanan maket dari pemerintah dan juga BUMN.
"Customer pertama itu Bappenas, WIKA, Adhi Karya, Pertamina buat maket. Waktu itu Sumbawa, maket proyek gedung Bappenas ketika renovasi. Terminal 3 Internasional Bandara Soekarno Hatta itu juga saya yang buat maketnya, ukurannya juga besar," ungkapnya.
Ia juga pernah menerima pesanan maket proyek apartemen Rp 120 juta.
"Ukuran paling besar itu 5 x 8 meter pernah untuk apartemen, itu harganya Rp 120 juta," tutur dia.
Ditemui secara terpisah, pemilik usaha maket Famous Studio Maket Jakarta Joglo Musanu Fadin (46) juga mengaku bisnis ini cukup menguntungkan. Sebelum pandemi, ia bisa mengantongi pendapatan hingga belasan juta per bulan.
"Kalau dihitung pendapatan ya tergantung pekerjaannya. Kalau besar seperti ini 1 bulan itu bisa di atas Rp 10 juta. Kalau yang kecil dengan harga maket Rp 7-8 juta ya di bawah itu," ujar Musanu.
Ia sendiri sudah membuka jasa maket secara mandiri sejak tahun 1999. Biasanya, ia menerima pesanan maket dari konsultan arsitek.
"Konsultan arsitek. Mereka punya owner untuk bangun perumahan atau gedung, kita referensinya dari mereka," tutur Musanu.
Biaya jasa maketnya beragam. Untuk ukuran dan desain standar biayanya Rp 7-8 juta. Namun, proyek-proyek make besar bisa mencapai Rp 20 juta. Salah satunya proyek yang sedang ia kerjakan, yakni makrt proyek pembangkit listrik di Karawang, Jawa Barat.
"Kalau kita standar Rp 7-8 juta. Kalau proyek yang sedang saya kerjakan Rp 20 juta, untuk proyek pembangkit listrik di Karawang ini. Ini kalau dikerjakan serius 1 bulan selesai, tapi tergantung tingkat kesulitan. Landscape-nya, gedung-gedung apartemen itu biasanya agak lama. Nah proyek saya ini bisa lebih dari 1 bulan. Kalau minta cepat sih bisa, tapi dengan tenaga yang lebih banyak lagi. Tapi biayanya lebih besar, tergantung request," jelas dia.
Dari satu pesanan, ia menerima keuntungan minimal 20%. Sebelum pandemi, ia bisa menerima pesanan lebih dari 3 atau 5 maket, dan mempekerjakan paling sedikit 6 orang.
Sayangnya, pandemi datang, bisnisnya pun sepi, bahkan kerap kali tak ada pesanan.
"Kalau dulu belum ada pandemi, paling sedikit 6 orang. Sekarang yang ada saja, paling 3 orang, karena memang lagi sepi, susah," urainya.
Sama seperti Musanu, Ronny juga merasakan dahsyatnya dampak pandemi pasa bisnisnya. Hampir 1 tahun pandemi melanda, ia hanya menerima 2 pesanan maket yang harganya tak sampai Rp 1 juta.
"Nah yang kemarin itu cuma Rp 600 ribu dan Rp 700 ribu, bikin diorama anak-anak, interior kecil untuk tugas kuliah, ukurannya juga kecil, A4. Padahal biasanya saya ambil pesanan A4 itu harganya Rp 2-2,5 juta," pungkas Ronny.
(vdl/dna)