Luhut Sebut Hotel di Jakarta Penuh, Tamu dari China Susah Cari Kamar

Luhut Sebut Hotel di Jakarta Penuh, Tamu dari China Susah Cari Kamar

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Rabu, 15 Des 2021 21:00 WIB

Hal itu ditunjukkan dari data pertumbuhan ekonomi yang meroket di kuartal II dan III tahun ini. Di kuartal II pertumbuhan ekonomi mencapai level tertingginya dengan tumbuh sampai 7%. Sementara di kuartal III meskipun ada varian Delta menyerang, ekonomi masih bisa tumbuh di angka 5%.

Bahkan, pemulihan ekonomi saat ini lebih cepat dibandingkan krisis ekonomi yang terjadi pada 1997-1998. Saat itu, ekonomi Indonesia baru bisa kembali ke level sebelum krisis dalam waktu 4 tahun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kemampuan recovery memang nggak sama, waktu krisis keuangan 97-98 kita melihat situasi waktu itu yg menekan sektor keuangan sangat dalam dan menimbulkan kebangkrutan massal. Setidaknya, butuh 4 tahun untuk kita masuk ke pre-crisis level," ungkap Sri Mulyani.

Lalu apa yang membedakan? Menurut Sri Mulyani, respons kebijakan yang diambil di masa krisis 98 dengan krisis pandemi COVID-19 berbeda. Saat ini respons kebijakan sudah sangat baik.

ADVERTISEMENT

"Ini perlu digarisbawahi bahwa Indonesia respons policy-nya baik. Ini jadi modal bagus untuk masuk ke 2022," kata Sri Mulyani.

Dia menjelaskan meski dampak pandemi COVID-19 sangat luar biasa di tengah masyarakat, sektor keuangan justru berhasil menopang pertumbuhan ekonomi. Mulai dari menekan suku bunga rendah hingga memiliki cadangan yang tebal.

"Sektor keuangan justru resilience saat ini. Hal ini karena fiscal and monetary authority melakukan counter cyclical besar. Membuat likuiditas melimpah, menekan suku bunga rendah, dan membuat sektor keuangan yang semenjak krisis global 2008-2009 melakukan pencadangan tebal," ungkap Sri Mulyani.

"Jadi mereka sektor keuangan ini memiliki ketahanan baik," pungkasnya.


(hal/zlf)

Hide Ads