Kemacetan jadi salah satu masalah yang masih mendera kaum pekerja di Jakarta. Banyak kaum pekerja yang saat ini didominasi kaum milenial yang menganggap masalah ini kian hari kian serius.
Akibat kemacetan, para pekerja lebih banyak menghabiskan waktu di jalan, menurunkan konsentrasi kerja dan menurunkan waktu di rumah bersama keluarga. Akibatnya, produktivitas para pekerja juga ikut menurun sekaligus memicu turunnya kualitas hidup bersama keluarga.
Untuk itu, diperlukan terobosan dalam hal penyediaan hunian yang bisa mengatasi permasalahan tersebut salah satunya seperti pengembangan kawasan hunian berbasis transit oriented development (TOD).
Sejak pertama kali diperkenalkan dan dipelopori oleh Perum Perumnas beberapa tahun belakangan ini, pengembangan hunian berkonsep TOD langsung menjadi tren karena dianggap relefan untuk menjawab permasalahan yang dihadapi para pekerja milenial tadi.
Dengan adanya TOD, aktivitas masyarakat yang bekerja di kota tak akan banyak terbuang di jalan karena macet. Konsep pengembangan hunian seperti ini pun dinilai positif oleh pakar properti.
"Kalau kota semakin besar artinya semua penduduk akan ke pinggir wilayah penyangga. Nah, warga penyangga ke jakarta harus ada transprotasi apakah MRT, LRT ataupun kereta api. Tapi ketika masuk ke Jakarta dia harus terkonek dengan simpul-simpul TOD yang lebih lengkap," jelas Pengamat Properti Ali Tranghanda beberapa waktu lalu.
Dari sisi pemanfaatan lahan, menurutnya, TOD dianggap sebagai solusi untuk penataan perkotaan karena mengoptimalkan fungsi lahan yang kian terbatas dan mahal dengan basis transportasi publik di kawasannya. Hal ini akan memudahkan mobilitas penghuni selain mengurangi permasalahan macet hingga polusi perkotaan.
Bersambung ke halaman selanjutnya.
(dna/dna)