Bank Indonesia (BI) diprediksi menaikkan bunga acuan lagi menjelang akhir tahun. BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) diperkirakan bisa naik menjadi 5%.
"Kita harus lihat bahwa BI sendiri targetnya pada tahun ini 5% suku bunga acuannya. Artinya apa? masih ada sisa 75 basis poin (bps)," kata Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaib kepada detikcom, Selasa (4/10/2022).
Meski demikian, ia belum bisa memastikan apakah kenaikan bunga acuan 75 bps tersebut akan dilakukan pada Oktober ini. Menurutnya, bisa saja bertahap pada November dan Desember.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yaitu bisa saja bulan Oktober akan menaikkan suku bunga 25 bps. kemudian di bulan November 25 bp. atau di bulan Desember menaikkan suku bunga 25 bps. atau bisa kebalik di bulan Oktober menaikkan 50 bps," jelasnya.
Dengan pengetatan moneter di Eropa dan AS, menurutnya sudah sewajarnya bila pemerintah dan BI turut menjalankan pengetatan dengan intervensi di pasar Domestic Non Deliverable Forward (DNDF) maupun Repo. Ibrahim mengatakan, hingga kini fundamental ekonomi Indonesia masih cukup bagus.
"Nah pemerintah pun juga terus menggalang stimulus berupa BLT, kemudian bansos dan lain-lainnya. Terutama dari pendapatan pajak. Ini membuat fundamental ekonomi kita cukup bagus.
Bunga KPR Bisa Naik Lagi
Jika bunga acuan BI naik lagi, hal ini tentu akan berdampak ke bunga kredit termasuk Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Apabila bunga BI menyentuh 5%, bunga KPR bisa melonjak hingga 12%.
"Bagi investor yang suka melakukan pembelian properti atau perumahan dengan KPR, untuk saat ini lihat kondisi dulu. Di saat menaikkan suku bunga, itu juga akan menaikkan suku bunga kreditnya," kata Ibrahim.
"Kalau seandainya suku bunganya 5%, bisa saja kreditnya sampai 12%. Ini sangat berbahaya sekali, apalagi dengan adanya biaya-biaya yang lain. Ini sangat mengkhawatirkan takutnya masyarakat akan gagal bayar," jelasnya.
Ia juga menyoroti kondisi maraknya perusahaan-perusahaan di tanah air yang melakukan aksi pemutusan hubungan kerja (PHK). Kondisi seperti sekarang ini tentu akan mempengaruhi tingkat konsumsi masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat perlu lebih cermat dalam berinvestasi.
Pandangan serupa juga disampaikan oleh Direktur Eksekutif Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia Mohammad Faisal. Ia juga memperkirakan BI kembali menaikkan suku bunga acuannya minimal 50 bps hingga akhir tahun.
"Kenaikan suku bunga acuan lagi perkiraan saya sampai dengan akhir tahun si paling tidak 50 basis poin lagi ya minimal. Tapi sangat mungkin lebih besar daripada 50 basis poin lagi," ujar Faisal.
Sementara itu, meski tingkat suku bunga saat ini lebih tinggi dari saat pandemi, angka saat ini masih relatif lebih rendah dibandingkan dengan pra pandemi. Oleh karena itu, menurutnya investasi di industri properti masih menjanjikan untuk saat ini.
"Jadi dibilang menjanjikan, sebetulnya masih menjanjikan karena kenaikan tingkat suku bunga acuan juga masih relatif, so far masih 75 basis poin dari posisi yang sangat rendah pada saat 2020-2021 begitu. Tapi memang arah ke depannya tingkat bunga nya memang cenderung ke lebih tinggi," jelasnya.
(ara/ara)