Biang Kerok Mal Sepi Bak Kuburan, Bukan Cuma karena Pandemi!

Biang Kerok Mal Sepi Bak Kuburan, Bukan Cuma karena Pandemi!

Anisa Indraini - detikFinance
Rabu, 11 Jan 2023 13:11 WIB
Plaza Semanggi sepi/Achmad Dwi Afriyadi-detikcom
Foto: Plaza Semanggi sepi/Achmad Dwi Afriyadi-detikcom
Jakarta -

Mal-mal legendaris di Jakarta sepi bak kuburan karena ditinggal pengunjung dan pedagang. Kios-kios di mal banyak tutup meski pandemi mulai reda dan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) dicabut.

Pakar Marketing dan Managing Partner Inventure, Yuswohady mengatakan ada tiga faktor yang membuat pusat perbelanjaan mal sepi bak kuburan. Pertama, digital disruption alias adanya perkembangan digital membuat belanja online semakin di depan.

"Perilaku masyarakat cenderung berubah dengan kehadiran teknologi aplikasi belanja online," kata Yuswohady kepada detikcom, Rabu (11/1/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kedua, pandemic disruption. Munculnya pandemi COVID-19 semakin mempercepat mal sepi bak kuburan karena saat itu pemerintah melarang konsumen datang ke tempat keramaian seperti mal.

Ketiga, millenial disruption. Yuswohady menyebut saat ini milenial semakin malas datang ke mal untuk belanja karena sudah dimanjakan dengan aplikasi-aplikasi belanja online.

ADVERTISEMENT

"Jadi generasi milenial dengan sendirinya itu belanja sudah nggak fisik terutama untuk item-item tertentu, itu mereka pilih lebih belanja secara online," ucapnya.

Makanya mal-mal legendaris di Jakarta seperti Mal Ratu Plaza, Glodok City, Mal Blok M, dan Plaza Semanggi sepi bak kuburan. "Hidup segan, mati pun tak mau," tambah Yuswohady.

Meski begitu, penyebab mal sepi bak kuburan dinilai bukan semata karena persoalan triple disruption. Sumber persoalan sebenarnya disebut datang dari mal-mal itu sendiri yang dianggap malas mengikuti perkembangan jaman.

"Mereka tak mampu merespons triple disruption sehingga tak relevan lagi di pasar. Siapa yang beradaptasi survive karena beberapa mal lain seperti Grand Indonesia, Mal Kelapa Gading, atau Mal Kokas masih tetap ramai. Sementara yang tidak akan hilang ditelan jaman," beber Yuswohady.




(aid/ara)

Hide Ads