Harga Pangan Stabil Tapi Masih Tinggi

Harga Pangan Stabil Tapi Masih Tinggi

Fadhly Fauzi Rachman - detikFinance
Senin, 10 Jul 2017 15:45 WIB
Foto: Rachman Haryanto
Jakarta - Pemerintah menargetkan program swasembada sejumlah komoditas pangan, seperti padi, jagung, kedelai, dan gula, dapat tercapai dalam waktu tiga tahun. Untuk mendukung hal itu, pemerintah juga telah meningkatkan porsi anggaran program swasembada pangan.

Namun menurut Institute for Development of Economics and Finance (Indef), penambahan porsi anggaran untuk program swasembada pangan dinilai tak sejalan dengan hasil yang didapatkan. Indonesia masih menghadapi sejumlah permasalah guna mewujudkan target kedaulatan pangan.

Porsi anggaran untuk kedaulatan pangan meningkat hingga 53,2% dari Rp 67,3 triliun pada tahun 2014, menjadi Rp 103,1 triliun di tahun 2017. Anggaran tersebut untuk meningkatkan produksi dan produktivitas pangan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


"Namun, tingginya alokasi anggaran tersebut ternyata belum optimal dalam mewujudkan kedaulatan pangan. Dalam konteks Pajale (padi, jagung, kedelai) misalnya, tren peningkatan anggaran pada tiga komoditas ini tidak secara merata dan optimal mengakselerasi produksi dan produktivitas," kata Direktur Indef, Enny Sri Hartati, di Kantornya, Jakarta, Senin (10/7/2017).

"Untuk jagung, Kementerian Pertanian (Kementan) impor jagung ini ditekan, maka impor gandumnya meningkat drastis, artinya jagung ini belum terpenuhu karena harus disubtitusi gandum," lanjutnya.

Tak hanya itu, lanjut Enny, harga pangan saat ini cenderung stabil namun berada di atas harga acuan penjualan konsumen. Berdasarkan hasil pemantauan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) terhadap 160 pasar di Indonesia periode 9 September hingga 12 Juni 2017, menunjukkan harga pasar masih lebih tinggi dibanding harga acuan.


Tercatat, harga beras medium lebih mahal 17% dari harga acuan. Harga gula pasir lebih mahal 10,1% dari harga acuan, harga daging sapi kualitas 1 lebih mahal 47% dari harga acuan. Kemudian harga daging sapi kualitas 2 lebih mahal 37% dari harga acuan, dan minyak goreng curah lebih mahal 19% dari harga acuan.

"Lalu persoalan utama reforma agraria. Itu target pencetakan lahan sawah baru rata-rata per tahun 100.000 hektar, itu dimana saja? Ternyata hasil setengahnya pun belum juga tercapai," tukasnya. (hns/hns)

Hide Ads