Pertumbuhan ekonomi kuartal II-2017 tercatat 5,01%, cenderung flat atau datar dibandingkan kuartal sebelumnya. Konsumsi rumah tangga sebagai cerminan daya beli hanya tumbuh 4,95%
Pengendalian inflasi menjadi kunci utama dalam menjaga daya beli. Khususnya yang berkaitan dengan harga pangan, seperti beras, daging sapi, ayam, telur, cabai, bawang, dan lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hingga akhir Juni 2017, inflasi tercatat sebesar 1,17% (q to q) dan 4,37% (yoy). Level yang cukup bagus meskipun sebelumnya ada kenaikan harga yang diatur oleh pemerintah.
Kebijakan fiskal, kata Josua menjadi pendorong selanjutnya. Salah satunya melalui realisasi dana desa dan belanja sosial yang menyasar kelompok masyarakat kelas bawah.
![]() |
Berdasarkan data BPS, pada kuartal II-2016, konsumsi rumah tangga tumbuh 5,07%. Selanjutnya kuartal III-2016 tumbuh 5,01%, kuartal IV-2016 capai 4,99%, dan kuartal I-2017 tumbuh 4,94% dan kuartal II-2017 capai 4,95%.
"Daya beli bakal stagnan kalau tidak ada stimulus dari sisi fiskalnya. Menurut saya kondisi saat ini kebijakan fiskal yang lebih efektif memicu lagi konsumsi masyarakat khususnya masyarakat berpenghasilan rendah," jelasnya.
Baca juga: Pengusaha Bingung Lihat Ekonomi RI |
Sedikit dalam jangka menengah, pemerintah menurut Josua perlu mendorong peningkatan tenaga kerja di sektor formal, mengingat pendapatan riil yang menurun didorong oleh penambahan angkatan kerja di sektor informal lebih besar dibandingkan dgn sektor formal.
"Oleh sebab itu, pembukaan lapangan kerja dapat didorong dengan menggalakkan program padat karya yang labor-intensive sehingga konsumsi rumah tangga dapat meningkat," papar Josua. (mkj/dnl)