Apa yang Harus Dikerjakan Pemerintah Agar Daya Beli Tak Lesu?

Apa yang Harus Dikerjakan Pemerintah Agar Daya Beli Tak Lesu?

Hendra Kusuma - detikFinance
Selasa, 08 Agu 2017 12:00 WIB
Foto: Muhammad Idris
Jakarta - Pemerintah harus berpikir keras mengembalikan daya beli masyarakat pada posisi yang tinggi. Maklum saja, komponen tersebut merupakan penyumbang terbesar ekonomi nasional hingga menjadi salah satu yang tertinggi di negara G20.

Pertumbuhan ekonomi kuartal II-2017 tercatat 5,01%, cenderung flat atau datar dibandingkan kuartal sebelumnya. Konsumsi rumah tangga sebagai cerminan daya beli hanya tumbuh 4,95%

Pengendalian inflasi menjadi kunci utama dalam menjaga daya beli. Khususnya yang berkaitan dengan harga pangan, seperti beras, daging sapi, ayam, telur, cabai, bawang, dan lainnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pengendalian inflasi serta stabilisasi harga pangan menjadi kunci bagi seluruh indikator ekonomi lainnya di semester II ini," kata Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede, kepada detikFinance, Selasa (8/8/2017).


Hingga akhir Juni 2017, inflasi tercatat sebesar 1,17% (q to q) dan 4,37% (yoy). Level yang cukup bagus meskipun sebelumnya ada kenaikan harga yang diatur oleh pemerintah.

Kebijakan fiskal, kata Josua menjadi pendorong selanjutnya. Salah satunya melalui realisasi dana desa dan belanja sosial yang menyasar kelompok masyarakat kelas bawah.

Foto: Dok. BPS

Berdasarkan data BPS, pada kuartal II-2016, konsumsi rumah tangga tumbuh 5,07%. Selanjutnya kuartal III-2016 tumbuh 5,01%, kuartal IV-2016 capai 4,99%, dan kuartal I-2017 tumbuh 4,94% dan kuartal II-2017 capai 4,95%.

"Daya beli bakal stagnan kalau tidak ada stimulus dari sisi fiskalnya. Menurut saya kondisi saat ini kebijakan fiskal yang lebih efektif memicu lagi konsumsi masyarakat khususnya masyarakat berpenghasilan rendah," jelasnya.


Sedikit dalam jangka menengah, pemerintah menurut Josua perlu mendorong peningkatan tenaga kerja di sektor formal, mengingat pendapatan riil yang menurun didorong oleh penambahan angkatan kerja di sektor informal lebih besar dibandingkan dgn sektor formal.

"Oleh sebab itu, pembukaan lapangan kerja dapat didorong dengan menggalakkan program padat karya yang labor-intensive sehingga konsumsi rumah tangga dapat meningkat," papar Josua. (mkj/dnl)

Hide Ads