Terhitung sejak 1 Januari 2017, Blok Mahakam kini dikelolah oleh cucu usaha Pertamina, PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM), anak usaha PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI).
Namun, PHM ditargetkan dapat berproduksi pada kisaran 1.100 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) gas dan 48.000 barel per hari (BOPD) minyak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi menilai penurunan produksi tersebut suatu hal yang normal dari sebuah blok migas.
"Artinya dari tahun ke tahun produksi pasti turun, itu natural. Untuk mengurangi turun dibornya lebih banyak, jadi faktor penurunan lebih karena natural," tuturnya di Desa Rendang, Kecamatan Rendang, Karangasem, Bali, Selasa (2/1/2018).
Meski begitu, menurut Amien memang bisa saja penurunan produksi secara alamiah itu bisa diantisipasi. Salah satunya saat masa transisi 2 tahun Pertamina sudah mulai berinvestasi untuk melakukan pengeboran sumur baru.
Pertamina awalnya berencana mengebor 19 sumur baru. Namun ternyata yang direalisasikan hanya 15 sumur baru. Dengan begitu produksinya lebih turun.
"Karena persiapannya kurang waktu akhirnya tinggal 15, ngebor 15 sumur dengan 19 sumur hasilnya berbeda, produksi terbantu dengan yang ngebor 15 ini. Tapi seandainya dulu yang dibor bisa 19 produksinya bisa lebih tinggi, ngebor-ngebor ini untuk ngurangi natural decline ini," tandasnya. (hns/hns)