Jakarta -
Arab Saudi menerapkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), berlaku sejak 1 Januari 2018, seiring dengan turunnya harga minyak dunia di negara-negara timur tengah.
PPN dengan tarif 5% diterapkan terhadap sejumlah barang, seperti makanan, pakaian, barang elektronik dan bensin, serta tagihan telepon, air dan listrik, serta pemesanan hotel.
Walau dikenakan tarif PPN 5%, namun besaran pajak tersebut masih jauh lebih rendah dibanding rata-rata di negara Eropa, yakni sebesar 20%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Arab Saudi baru-baru ini juga mengumumkan anggaran terbesar dalam sejarahnya, dengan rencana untuk menghabiskan 978 miliar riyal (US$ 261 miliar) atau sekitar Rp 3.500 triliun tahun fiskal ini.
Pemerintahan Arab Saudi memperkirakan kenaikan pendapatan dari pengenaan PPN dan berencana untuk mengurangi subsidi. Meski begitu, negara tersebut diperkirakan menghadapi defisit anggaran setidaknya hingga 2023.
Berikut dampaknya yang paling terasa:
Kondisi tersebut secara tidak langsung bakal berdampak ke Indonesia, tak sekadar urusan ibadah haji dan umrah, hal tersebut juga akan dinilai akan berpengaruh pada bisnis oleh-oleh haji dan umrah.
Masih banyak pedagang oleh-oleh yang belum tahu soal kebijakan Arab Saudi menerapkan pajak 5%.
"Saya enggak tahu informasi itu kecuali terjadi di dalam negeri," kata pemilik toko Usaha Baru, Nasir saat berbincang di tokonya.
Karyawan di toko Kraton bernama Ari juga mengatakan hal senada. Dia mengaku kaget soal kebijakan Arab Saudi yang baru diterapkan awal Januari ini. Menurutnya sejauh ini harga-harga sudah naik sejak lama sebelum adanya kebijakan tersebut.
"Enggak tahu Arab kenain pajak 5% buat barang-barang di sana," katanya.
Wanita sekaligus pemilik toko Baru Perdamaian, Aida yang menjual barang-barang timur tengah termasuk oleh-oleh haji dan umrah juga mengaku belum mengetahui bahwa Arab Saudi awal tahun ini menerapkan pajak 5%.
"Belum pernah dengar. Soalnya barang saya yang bawa kargo. Biasanya kalo ada informasi udah dengar dari kargo," tambahnya.
Aida, wanita sekaligus pemilik toko Baru Perdamaian yang menjual barang-barang timur tengah termasuk oleh-oleh haji dan umrah mengatakan pihaknya bakal menyesuaikan harga di tokonya jika barang dari Arab naik karena adanya PPN 5%.
"Ini kan oleh-oleh haji. Kalau barang lama harga lama kita jual harga baru, dosa. Kalau ada kenaikan harga barang yang baru kita ikut naik," katanya saat berbincang dengan detikFinance.
Dia pun tak khawatir naiknya harga barang membuatnya kehilangan calon pembeli. Aida menilai pembeli akan tetap berdatangan sesuai kebutuhan.
"Enggak mungkin orang enggak beli karena orang perlu. Kan orang belanja di sana udah naik kan, sama," lanjut dia.
Pemilik toko Usaha Baru, Nasir tak menampik harga barang dari Arab Saudi akan naik seiring penerapan pajak 5%. Hanya saja dia mengaku pihaknya tak terdampak karena tidak memasok barang dari sana.
"Naik harga itu kan kalau barangnya laku kita ambil. Kalau enggak laku ya enggak. Kita jadi enggak masalah," ujarnya.
Lagipula menurutnya jika orang butuh mereka tidak akan keberatan untuk membeli. "Kalau orang butuh dia tetap beli. Tergantung kebutuhan. Kebutuhan juga bisa dicancel. Kalau mahal beli yang lain aja," jelasnya.
Siapa sangka barang terkait haji dan umrah yang beredar di Indonesia, dalam hal ini Tanah Abang, tak hanya berasal dari negara Arab dan Timur Tengah, namun juga dari China.
"Kalau kita sesuaikan (barang) dengan keadaan. Barang-barang ada yang dari Iran, India, China," salah satu pedagang, Abdullah saat berbincang dengan detikFinance di tokonya.
Kata dia, China mampu memproduksi seluruh kebutuhan berkaitan dengan haji dan umrah atau ibadah umat muslim secara keseluruhan.
Pedagang lain bernama Puyem juga sama. Kata dia barang-barang dari China untuk perlengkapan haji dan umrah sudah banyak yang dijual di pasaran.
"Barang yang dari China udah banyak di sini. Didapatnya juga gampang, barangnya banyak," ujarnya.
Selain China, produk yang berasal dari Iran dan India juga ada kata dia. "Kalau Iran banyak kurma. Kalau India pacar (pewarna kulit/kuku)," tambahnya.
Aida, wanita sekaligus pemilik toko Baru Perdamaian yang menjual barang-barang timur tengah termasuk oleh-oleh haji dan umrah juga mengatakan barang yang dia jual tak semata dari Arab Saudi maupun negara lain di timur tengah.
"Yang dijual di sini ada dari India, Turki, China," katanya.
Nasir, pemilik toko Usaha Baru yang juga di kawasan Pasar Tanah Abang menyatakan hal serupa. Bahkan dia sama sekali tidak menjual produk yang berasal dari Arab Saudi.
"Kita enggak ngambil barang dari Arab. Tapi Turki, China, India," tambahnya.
Oleh-oleh haji dan umrah yang dijual di pasar Tanah Abang Jakarta tidak hanya berasal dari Arab Saudi dan Timur Tengah. China juga memasok produk-produk untuk kebutuhan tersebut.
Lantas oleh-oleh haji dan umrah apa saja yang diproduksi China dan dijual?.
Penelusuran detikFinance, Selasa (2/1/2018), barang-barang yang dijual di kawasan Pasar Tanah Abang terbilang lengkap. Di sini dijual sajadah, sarung, tasbih, kopiah dan lain sebagainya.
Salah satu pedagang, Abdullah mengaku barang dari China lengkap. Semua kebutuhan umat muslim terkait ibadah haji dan umrah juga diproduksi negara tirai bambu tersebut.
"Kebutuhan umat Islam kebanyakan diproduksi di China karena biaya produksi rendah, jadi harganya jelas jadi murah," katanya saat berbincang dengan detikFinance di tokonya.
Pedagang lain bernama Puyem juga mengatakan bahwa produk oleh-oleh haji dan umrah dari China bervariasi, mulai dari tasbih hingga pernak-pernik Ka'bah.
"Barang China banyak. Ada tasbih, gantungan kunci. Gambar-gambar Ka'bah juga China. Soalnya di China pengajiannya rajin-rajin," tambahnya.
Mereka memastikan, barang-barang dari China tergolong barang non makanan.
Pedagang oleh-oleh haji dan umrah di kawasan Pasar Tanah Abang menjual produk asal China. Faktor utama karena harganya bersaing dengan yang asli buatan Arab Saudi, maupun negara lain di timur tengah.
Salah satu pedagang, Abdullah mengatakan barang dari China harganya bisa 30% lebih murah dibandingkan buatan Arab Saudi. Selain itu barangnya juga mudah didapatkan.
"Beda harga paling 30% paling banyak. Sekarang ini kalau jualan enggak bersaing enggak bisa hidup" katanya saat berbincang dengan detikFinance di tokonya.
Ungkapnya, dia sudah memasok barang asal China kurang lebih selama 5 tahun. Harganya yang mampu bersaing menjadi salah satu pertimbangannya.
"Kita barang dari Iran ada, dari Turki. Cuma dia mahal. Turki, Iran mahal sebab dia betul-betul kalau sajadah bulunya wol. Cuma kalau kena air enggak cepat kering bau, busuk," jelasnya.
Pedagang lain bernama Puyem juga mengatakan bahwa produk oleh-oleh haji dan umrah dari China lebih murah dibandingkan harga rata-rata pasaran.
"China juga lebih murah. Saudi lebih mahal. Antara China, Iran, India, Arab, mahalan Arab. Kalau India imbang sama China," lanjut dia.
Hanya saja, dari segi kualitas dia menganggap lebih baik buatan Arab Saudi.
Halaman Selanjutnya
Halaman