Namun di era digital, bagaimana Pegadaian menghadapi serbuan financial technology (Fintech) atau perbankan yang layanannya makin merangsek ke masyarakat.
Pekan lalu detikFinance berbincang dengan Direktur Utama PT Pegadaian (Persero) Sunarso,. Banyak hal dibahas, seperti bagaimana pandangan tentang era digital dan menggeser layanan konvensional Pegadaian ke 'jaman now'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lembaga keuangan non bank seperti Pegadaian akan menghadapi persaingan, tak lagi hanya dengan gadai liar namun juga dengan bank bahkan fintech yang kini semakin dekat dengan masyarakat. Bagaimana cara Pegadaian agar tetap eksis di era digital seperti ini?
Kami dalam menghadapi era digital, punya strategi. Caranya ya memperluas jaringan. Tapi memperluas jaringan itu bukan berarti menambah kantor cabang saja, sekarang jumlah kantor cabang 4.319 outlet itu sangat cukup. Kami ingin memperluas jangkauannya dengan basis electronic channel.
Bagaimana maksud electronic channel itu?
E-channel itu ada dua, pertama kita bisa bidik lewat keagenan. Ini artinya kita harus ada hubungan elektronik. Karena itu kita harus memperbanyak agen sebagai kepanjangan tangan dari Pegadaian.
Jadi gini, kita akan perluas keagenan tergantung produknya. Misal, kita ingin banyak agen gadai emas, ya kita buka agen di toko emas. Terus mau perluas gadai elektronik seperti handphone ya kita buka di toko elektronik dan counter handphone, kita akan perluas ke sana.
Saat ini kita sedang mengembangkan gadai berbasis aplikasi. Jadi modelnya gadai online gitu. Caranya seperti apa? Jadi gini, orang atau nasabah yang mau berkomunikasi dengan Pegadaian misalnya dia mau tanya-tanya gadai tidak perlu datang atau telepon ke kantor cabang. Cukup dengan aplikasi yang bisa didownload.
Contohnya dia punya emas 5 gram, dia mau gadai ya tinggal buka aplikasi saja, diinput jumlahnya, nanti tinggal masukkan alamatnya bisa pakai geo tagging. Nanti pegawai Pegadaiannya tinggal meluncur ke sana bawa alat tes dan timbangan, kan mudah sekali. Setelah diperiksa, ditaksir harganya berapa, setelah mendapatkan harga yang sesuai, si petugas tinggal menanyakan nomor rekening dan selesai. Jadi mudah sekali ini, transaksi jaman now.
Selain penambahan jaringan, apalagi strategi yang dilakukan Pegadaian?
Selah perluasan jaringan, variasi produk juga menjadi hal yang penting. Mulai dari jenis barang yang digadaikan hingga jenis produk. Misalnya penambahan produk berjenis kredit, ini sangat diperlukan.
Saat ini saingan Pegadaian tidak hanya perusahaan gadai juga, tapi perusahaan keuangan non bank. Karena itu Pegadaian harus mampu mengembangkan produk dengan infrastruktur yang cukup, kompetensi perusahaan dan bagaimana people dalam hal ini karyawan, hingga risk manajemen kami siapkan.
Jika itu semua sudah dilakukan, akhirnya Pegadaian akan datang ke masyarakat dengan produk yang banyak, mulai dari gadai dan non gadai. Karena itu kami saat ini sedang menyusun cetak biru Pegadaian. Tujuannya untuk bertransformasi ke arah digital, yang memang harus didukung dengan mental dan kultural perusahaan.
Jika menggarap nasabah milenial bagaimana?
Nah itu dia, kami akan menyesuaikan corporate culture dengan nasabah di era milenial, proses kerjanya yang digital dan memudahkan. Ya supaya nasabah bisa lebih mudah.
Saat ini struktur nasabah kita secara demografi, 30% laki-laki dan 70% perempuan. Lalu usia produktif paling banyak 25 tahun - 45 tahun. Ya masuk lah milenial. Kemudian kita harus membaca tantangan generasi milenial ini adalah prosesnya mereka tidak suka berbelit belit yakan karena sudah biasa mudah dengan teknologi.
Tagline "Mengatasi Masalah Tanpa Masalah" kan tenar sekali, bahkan ada yang mengubah jadi "Mengatasi masalah dengan masalah" bagaimana menurut bapak?
Memang itu jadi tantangan. Sebenarnya begini, harusnya orang-orang yang datang ke Pegadaian itu bukan didominasi orang yang sedang bermasalah. Tapi karena tagline Mengatasi Masalah Tanpa Masalah itu yang menciptakan kesan orang yang ke Pegadaian itu sedang bermasalah.
Bahkan ada yang datang ke Pegadaian diam diam terus gloomy, ngomongnya pelan-pelan ini jam saya tolong digadai. Padahal harusnya tidak seperti itu, karena Pegadaian menyediakan solusi, bisa saja orang ke Pegadaian karena mau konsultasi untuk kredit. Karena itu, rasanya Pegadaian penampilannya harus diubah.
Ubah penampilan bagaimana?
Begini, 'jaman now' saya memiliki mimpi membuat Pegadaian seperti kafe. Jadi kalau jaman sekarang orang-orang suka nongkrong di kafe, bisa menikmati produk Pegadaian selain pembiayaan dan gadai. Misalnya produk tabung emas, jadi sambil ngopi bisa juga buka tabungan emas, contoh harga emas Rp 500.000, terus beberapa harinya datang lagi nabung Rp 250.000 nah itu sudah dapat tabungan emas lagi jadi 1,5 gram.
Terus tahun depan mau diambil dan tiba-tiba harganya naik, ya alhamdulillah. Nah itu kami ingin menyasar generasi milenial, kami juga kampanyekan, orang datang ke Pegadaian itu bukan orang yang melulu sedang bermasalah.
Bagaimana dengan produk baru gadai tanah atau Rahn?
Rahn itu seperti ini, menggadaikan produk bersertifikat. Secara konvensional tidak bisa digadai dan harus disesuaikan. Qard atau akadnya secara syariah itu masuk kategori Rahn. Di Indonesia tanah ini menjadi salah satu yang bisa digadaikan ini sejalan dengan program pemerintah. Karena sertifikasi tanah harus bermanfaat karena itu harus dimonetasi.
Caranya digadaikan dalam koridor Rahn jika seorang punya 1 hektar mau tanam ya, tapi tidak punya modal, maka 1 siklus butuh Rp 7- Rp 10 juta, bisa menyerahkan sertifikat tanah ke Pegadaian, kalau fiducia harus dicek ya ke notaris, tapi kita mau lewat Kementerian Agraria dan Tata ruang dan menggunakan sistem online saja ya, kemudian sertifikat dipegang Pegadaian dan dia dikasih pinjaman misal RP 10 juta satu siklus gitu ya siklus saja, setelah panen bisa ditebus.
Lalu bagaimana dengan risiko gagal panen? Ini artinya peminjam tidak bisa bayar?
Memang ada risiko gagal panen dan tidak bisa menebus. Tapi kami tidak akan menjual tanahnya kan jaminannya besar. Ya bisa diperpanjang, lalu bagaimana setelh 6 bulan tidak bisa bayar juga, tanah tersebut bisa disewakan untuk menutupi pembayaran.
Proses Rahn ini sudah sampai mana?
Kami sudah siap luncurkan, memang saat ini sedang diurus di Kementerian ATR dan menyiapkan sistem pemeriksaan online.
Tahun ini target kinerja apa saja yang ingin dicapai oleh Pegadaian?
2018 ini kami menargetkan aset menjadi Rp 58,5 triliun, jumlah nasabah jadi 11,5 juta, omzet Rp 145,5 triliun, revenue Rp 12,6 triliun dan laba bersih Rp 2,7 triliun.
Strateginya untuk mencapai ini semua adalah digitalisasi outlet dan mengubah penampilan agar lebih kekinian. Kemudian peningkatan kualitas SDM, pengembangan perluasan jangkauan layanan dan peluncuran mobile apps.
Apakah rencana holding jasa keuangan BUMN akan pengaruh ke kinerja Pegadaian?
Holding BUMN di bidang jasa keuangan ada bank dan non bank bank. Tapi tetap induknya pemerintah, kemudian saham pemerintah diambil alih Danareksa. Jadi tetap sama saja ya sinerginya mungkin lebih baik dan kiuat dan mungkin leverage jadi bagi pegadwaian ini positifnya holding keuangan sinerginya.
Harapan bapak industri pembiayaan tahun ini?
Industri pembiayaan kan sumber dananya kalau tidak dari bank loan kan dari issue instrumen. Kemudian dari sisi liabilities ini cost of fund nya akan mempengaruhi. Saya kira kondisi global macam-macam seperti risiko Amerika Serikat.
Dari semua kebijakan Donald Trump adalah kebijakan di tax policy dikhawatirkan mendorong capital outflow yang akan mempengaruhi terhadap foreign exchange yang akan mempengaruhi monetary policy nya kemudian pengaruh ke likudiitas lalu suku bunga maka pada akhirnya cost of fund kita.
Secara aset kita optimis bisa tetap tumbuh karena demand-nya kami yakin akan membaik. Karena harga komoditi mulai naik dan itu memicu pertumbuhan. Saya yakin pertumbuhan bisa lebih agresif tahun ini. Hambatan yang menghambat bantuan non tunai harus segera diatasi.
(ang/ang)