Contohnya seperti di SPBU MT Haryono yang sejak awal tahun ini sudah tak lagi menjual Premium.
Hal tersebut dirasakan salah satu konsumen Pertalite Wahyudi. Ia menceritakan bagaimana ia berpindah ke Pertalite lantaran sulit mendapatkan Premium.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Wahyudi, tak masalah harus merogoh kocek yang lebih dalam asal ada kepastian pasokan.
"Nggak apa-apa yang penting tersedia dan terjangkau," kata dia
Konsumen lainnya bernama Tri Hima mengungkapkan, ada hikmah yang ia dapat dari perpindahan dari menggunakan Premium ke Pertalite.
"Kan Premiumnya sejak Pertalite ada pelan-pelan nggak ada. Yang penting (BBM) ada dan bisa dibeli. Sekarang pakai Pertalite juga bagus, mesin motor nggak gampang panas yang penting ada," papar dia.
Selain itu Tri Hima menjelaskan penggunaan Pertalite lebih membuat kendaraan lebih nyaman digunakan.
"Pokonya tarikannya beda," kata dia.
Sementara itu sebagai informasi untuk harga beberapa jenis BBM yaitu jenis Pertalite 90 saat ini Rp 7.800, Pertamax 92 Rp 8.900, Pertamax Turbo 98 Rp 1100, Biosolar Rp 5150, Pertamina Dex Rp 10.000, Vigas Rp 5.500
Sebelumnha menurut VP Corporate Communication Pertamina, Adiatma Sardjito, kenaikan tersebut berlaku sejak Sabtu (24/3/2018).
"Iya Rp 200. Kenaikan mulai tadi pagi mulai jam 00.00, supaya hitungnya gampang," ujar Adiatma kepada detikFinance, Sabtu (24/3/2018).
Dia menjelaskan, Pertamina menaikkan harga Pertalite lantaran harga minyak dunia sudah tinggi. Adiatma mencontohkan minyak mentah jenis brent sudah US$ 65/barel.
Kenaikan harga minyak dunia, kata Adiatma, langsung terasa dampaknya ke harga BBM.
"Itu, harga minyak dunia adalah komponen yang tidak bisa kita kendalikan. Dampaknya ke BBM itu langsung terasa," terangnya.
Adiatma menambahkan kenaikan harga itu tidak akan mempengaruhi jumlah konsumen BBM yang sekarang mulai beralih ke bensin yang dengan RON (Research Octane Number) 90-an ke atas. Pertalite memiliki kandungan RON 90.
Konsumen tentu akan menyesuaikan jenis BBM dengan mesin kendaraannya sehingga tidak mudah rusak.
"Kalau diisi dengan yang lebih rendah/lebih jelek akan lebih banyak ruginya daripada untungnya. Mesinnya rusak, nggak ada tarikannya, karena memang tidak sesuai kebutuhan mesin," tutur Adiatma. (dna/dna)