Namun menurut Agus, rendahnya penyaluran kredit perbankan tak lantas terlihat buruk mengingat tingginya permintaan pembiayaan di pasar modal. Hal ini menunjukkan instrumen pembiayaan di Indonesia semakin bervariasi.
"Kita prihatin pertumbuhan kredit 2017 di bawah target. Tapi kita berhasil dalam pembiayaan di pasar modal," katanya di Gedung BI, Jakarta, Rabu (28/3/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Agus menjelaskan, permintaan pembiayaan melalui pasar modal pada 2017 mengalami kenaikan yang cukup tinggi. BI mencatat pertumbuhan pembiayaan lewat pasar modal tumbuh hampir 30%.
Pertumbuhan pasar modal yang cukup tinggi ini seiring dengan langkah BI yang terus menurunkan suku bunga acuan dari 4,75 menjadi 4,25 sampai saat ini. Peluang ini pun dimanfaatkan korporasi untuk memperoleh dana murah dari pasar modal.
BI sendiri memandang penurunan suku bunga tak lagi besar karena telah melakukan pelonggaran cukup besar. Sejak 2017 hingga saat ini suku bunga 7 days repo rate BI tercatat sudah turun hingga 50 basis points dari 4,75 jadi 4,25.
"BI akan merespons dalam bentuk kebijakan makroprudensial, membuat bank-bank itu bisa ekspansi kredit lebih baik dan juga bisa menjalankan fungsi intermediasi yang lebih baik. Seperti BI mempunyai kebijakan rasio intermediasi makro prudensial dan penyangga makro prudensial. Dan juga nanti dikaji loan to value ratio. Ini semua tujuan supaya intermediasi sistem perbankan lebih baik lagi," pungkasnya.