Giliran Sumsel Panen Budidaya Lele ala Susi

Giliran Sumsel Panen Budidaya Lele ala Susi

Eduardo Simorangkir - detikFinance
Jumat, 30 Mar 2018 10:02 WIB
Foto: Dok. Ditjen Perikanan Budidaya KKP
Prabumulih - Setelah sebelumnya panen lele bioflok sukses dilakukan di Provinsi Papua dan Papua Barat, kali ini keberhasilan yang sama dirasakan di Kota Prabumulih, Sumatera Selatan. Total hasil panen perdana yang dilakukan di Ponpes Al-furqon ini mencapai 1,2 ton untuk 8 kolam, dengan nilai ekonomi yang diraup mencapai Rp 20,5 juta.

Panen kali ini merupakan hasil dukungan budidaya lele bioflok KKP pada tahun 2017, di mana setiap kelompok memperoleh 10 unit kolam bulat diameter 3 meter, 30 ribu ekor benih lele, sistem aerasi dan instalasi listrik. Diharapkan dukungan ini secara keseluruhan akan menghasilkan panen sebanyak 2,7 ton per musim dengan nilai pendapatan rata-rata Rp 46 juta.

Ketua Pembina Ponpes Al-furqon Mahmudi Basri mengatakan jumlah panen perdana ini memuaskan. Ke depan, pihaknya akan mulai menata manajemen usaha agar lebih baik, sehingga usaha bisa berkesinambungan dan kapasitas usahanya bisa berkembang lebih besar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami senang atas keberhasilan panen kali ini yang memuaskan. Usaha lele bioflok initerbukti memberikan dampak positif bagi peningkatan pendapatan. Dari hasil panen kali ini, kita sudah bisa hitung minimal ada tambahan pendapatan mimimal 5 juta per bulan," kata Basri dalam keterangan tertulis, seperti dikutip Kamis (29/3/2018).



Selain itu, nilai tambah ganda dari usaha lele bioflok juga terbukti nyata. Budidaya lele dilakukan terintegrasi dengan budidaya sayur dan hasilnya juga sangat memuaskan. Hal ini ditunjukan dengan panen sayur kacang panjang, jahe dan lainnya yang dilakukan bersamaan dengan mengandalkan pupuk dari limbah budidaya.

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto, menilai keberhasilan integrasi budidaya ikan dengan sayur menjadi solusi tepat jangka panjang. Terutama dalam menghadapi tantangan resiko terjadinya kerentanan pangan dan krisis air.

"Saya mengapresiasi betul keberhasilan sistem budidaya ini. Apalagi saat ini momen hari air sedunia yang isunya mengerucut pada ancaman krisis pangan akibat krisis air. Saya sampaikan, perikanan budidaya dapat menjadi solusi tantangan ketahanan pangan ke depan melalui inovasi teknologi seperti ini," imbuhnya.

Ia juga menegaskan akan mulai mendorong sistem budidaya lele bioflok dan yumina agar lebih memasyarakat.

"Perikanan budidaya harus hadir dalam menghadapi tantangan global ke depan. Tentunya sistem budidaya lele bioflok yang terintegrasi dengan budidaya sayur dan buah merupakan solusi tepat sebagai bagian upaya mitigasi iklim dan perubahan lingkungan. Di samping tentunya akan menjadi pengungkit perekonomian masyarakat. Apalagi pondok pesantren tempatnya generasi muda yang diharapkan bisa jadi calon wirausaha dan jadi penggerak pembangunan," katanya.



Sebagai informasi, sistem budidaya lele bioflok adalah budidaya yang menggunakan media kolam terpal yang bisa meningkatkan produktivitas sampai tiga kali lipat dibanding sistem konvensional, dan tak membutuhkan lahan yang luas seperti kolam permanen konvensional.

Budidaya lele bioflok mulai gencar dilakukan tahun 2017 dan banyak diterapkan di Pondok Pesantren (Ponpes). Sistem bioflok menjadi salah satu andalan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mencapai target produksi perikanan budidaya yang selama ini terkendala soal lahan dan produktivitas.

Adapun pada tahun 2018, KKP juga kembali memberikan dukungan program perikanan budidaya di kota Prabumulih masing-masing sebanyak 3 unit usaha budidaya lele sistem bioflok dan 20 paket induk ikan lele.

(eds/zul)

Hide Ads