Dolar Nyaris Rp 14.000, Pemerintah Harus Apa?

Dolar Nyaris Rp 14.000, Pemerintah Harus Apa?

Selfie Mifatahul Jannah - detikFinance
Kamis, 26 Apr 2018 13:20 WIB
Foto: Selfie Miftahul Jannah
Jakarta - Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) kembali mencatatkan penguatan terhadap rupiah pagi ini. Dolar AS pagi ini tercatat berada di Rp 13.910, lebih perkasa dibanding hari sebelumnya di Rp 13.890.

Penguatan nilai tukar dolar terhadap rupiah hal ini akan berdampak pada industri dalam negeri sampai berbagai kebutuhan. Jadi apa yang bisa dilakukan pemerintah?

Pengamat Ekonomi Bhima Yudhistira menjelaskan, untuk mengatasi hal tersebut pemerintah dan Bank Indonesia perlu jaga stabilitas rupiah dengan intervensi pasar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pemerintah harus menjaga stabilitas rupiah dan investasi pasar. Kalau mendesak bunga acuan BI bisa dinaikkan 25-50 bps untuk tahan keluarnya dana asing. Yang paling penting juga buat sentimen positif dengan mendorong kinerja ekonomi," kata dia kepada detikFinance, Kamis (26/4/2018).


Bhima menambahkan, bila tak segera disikapi, pelemahan rupiah akan semakin berat dampaknya bagi perekonomian nasioanlan jelang Ramadan dan Lebaran.

Momentum yang harusnya bisa dimanfaatkan untuk mendongkrak belanja masyarakat justru bisa berbalik. Masyarakat bisa menahan belanjanya lantaran harga barang-barang mengalami kenaikan, dampak dari dolar AS yang makin perkasa.

"Iya padahal sebentar lagi Lebaran di mana permintaan barang elektronik trennya meningkat. Artinya tahun ini ada kecenderungan penjualan elektronik sedikit stagnan. Tahun lalu penjualan ritel saat lebaran hanya naik 5% sangat rendah dibanding growth tahun 2014-2015 yang di atas 10%. Dengan mahalnya barang elektronik karena komponen impornya besar, masyarakat lebih banyak menahan belanja durable goods atau barang2 tahan lama," papar dia.

(dna/dna)

Hide Ads