RS Banti kini masih luluh lantah dan belum bisa melayani pelayanan kesehatan kepada warga setempat. Bangunan RS Banti hancur dengan menyisakan pondasi bangunan saja.
Atap bangunan RS juga ikut jatuh karena penyangganya habis dilalap api. Tidak hanya itu, kendaraan operasional RS juga ikut habis dilalap api.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Kemudian pada tanggal 31 Maret satuan pengaman TNI masuk melakukan penindakan dan pada tangal 1 April terjadi penembakan yang menggugurkan satu anggota TNI hingga akhirnya bisa dikuasai pada 21 April 2018.
Dengan dibakarnya RS dan sekolah di Banti membuat masyarakat setempat ikut terdampak. Jika ada yang sakit, mereka harus pergi ke rumah sakit yang jaraknya lima kilometer dan memakan waktu hingga satu jam.
"Di sini kalau sakit anak-anak dipikul kain naik sampai rumah sakit 68. Dari sini jalan kaki satu jam lebih lima kilometer,"ujar salah seorang warga Banti.
Kejadian lainnya yang dilakukan KKSB adalah penyanderaan dan pemerkosaan guru di Aroanop. Beberapa guru wanita diperkosa oleh KKSB namun kini semuanya sudah diamankan ke tempat lain.
"15 April dapat laporan Kepala Kampung Aroanop terjadi tindakan kekerasan seksual maupun penganiaan guru bantu di sana, tujuh wanita, lainnya laki-laki. Mereka disekap disandera," kata Aidi.
![]() |
Dengan demikian, aparat TNI menggantikan peran guru mengajar di Aroanop. Selain mengajar, pihak TNI juga mengamankan wilayah tersebut.
"Aroanop sementara satuan pengamanan TNI mengamankan wilayah sekaligus mengajar," kata Aidi.
Mengenai kerugian dari dibakarnya RS Banti yang dibangun oleh PT Freeport Indonesia (PTFI) diperkirakan mencapai US$ 10 juta. Sedangkan PTFI masih menunggu hitungan pasti mengenai kerugian dari dibakarnya SD dan SMP Banti.
"Lebih dari US$ 10 juta di awal. Tahun 2000 dibangun. Setahun dua tahun lalu dilengkapi xray," ujar EVP Human Resources PTFI Achmad Ardianto di Tembagapura.
Pihaknya pun menginginkan RS dan sekolah di Banti bisa segera dibangun kembali. Akan tetapi, dibutuhkan langkah awal tapi dibutuhkan inisiatif terlebih dahulu dari pemerintah baik pusat maupun daerah.
"Kondisi saat ini Freeport sangat berkeinginan pemerintah mampu hadir, karena kalau masyarakat lihat segala sesuatu Freeport yang bangun salah persepsinya," kata pria yang akrab disapa Didi.
![]() |
Harapan warga
Warga Desa Banti, Tembagapura, Kabupaten Mimika berharap Rumah Sakit (RS) Banti dan Sekolah Dasar (SD) serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) Banti yang lokasinya bersebelahan bisa dibangun lagi. Kedua bangunan tersebut dibakar oleh Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata (KKSB) 23 Maret 2018 lalu.
Olea Dimbao, warga Desa Banti berharap RS Banti yang sudah hangus bisa dibangun kembali. Pasalnya, ia fasilitas kesehatan tersebut sangat dibutuhkan warga sekitar.
"Harapannya rumah sakit harus segera dibangun karena amat dibutuhkan. Ada warga datang jauh-jauh untuk berobat, tapi sekarang sudah tidak bisa. Dalam keadaan normal kalau ada situasi darurat ada layanan helikopter dari Freeport yang bantu, sekarang sulit karena situasi belum aman," kata Olea di Desa Banti, Tembagapura.
Dengan tidak beroperasinya RS Banti, warga setempat yang sakit harus menempuh jarak sekitar 5 kilometer (km) untuk berobat. Dengan jarak yang cukup jauh tersebut biasanya warga berjalan kaki hingga satu jam.
"Di sini kalau sakit anak-anak dipikul kain naik sampai rumah sakit 68. Dari sini jalan kaki satu jam lebih sekitar lima kilometer," ujar Olea.
Kapendam XVII Cendrawasih Kolonel Inf. M. Aidi alam kesempatan yang sama menambahkan, akibat dibakarnya SD dan SMP Banti membuat aktivitas belajar mengajar terhenti. Bahkan, siswa kelas 6 SD dan 9 SMP yang seharusnya menempuh ujian aihir terpaksa ditunda.
"Siswa harusnya ujian jadi tertunda dan rencananya ada susulan," kata Aidi. (ara/eds)