Menurut Analis Binaartha Parama Sekuritas Muhammad Nafan Aji rilis data perekonomian tersebut menjadi sentimen negatif bagi pasar modal. Buktinya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hari ini anjlok 1,83% ke posisi 5.838.
"Secara domestik, adapun hasil rilis neraca perdagangan RI per April yang defisit US$ 1,63 miliar memberikan sentimen negatif baik itu rupiah maupun IHSG. Hal tersebut di bawah ekspektasi pelaku pasar yang sebelumnya memperkirakan akan surplus US$ 1,1 miliar," tuturnya kepada detikFinance, Selasa (15/5/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
IHSG maupun Rupiah juga masih akan terpengaruh dari sentimen negatif global. Sebab sinyal bagi bank sentral AS, The Fed untuk menaikkan suku bunga semakin besar.
"Secara eksternal kenaikan US Treasury yields yang hampir mencapai 3%, memberikan sentimen positif bagi dolar AS, sehingga semua mata uang global termasuk rupiah terdepresiasi," ujarnya.
"Keadaan ini memberikan sinyal kuat bahwa The Fed akan menaikkan tingkat suku bunga pada bulan mendatang, sehingga memberikan sentimen negatif bagi rupiah maupun IHSG tentunya," tambah Nafan.
Sebelumnya BPS mengumumkan neraca perdagangan RI pada April 2018 mengalami defisit US$ 1,63 miliar. Ekspor tercatat US$ 14,47 miliar, sementara impornya US$ 16,09 miliar.
"Neraca perdagangan di luar ekspektasi defisit US$ 1,63 miliar," kata Kepala BPS Suhariyanto di Gedung BPS, Selasa (15/5/2018).
Neraca perdagangan RI bulan Maret lalu sudah membaik. Sayangnya, pada April ini kembali defisit karena impor yang tumbuh tinggi.
"Pada Maret membaik, April ini defisit karena impor yang sangat tinggi. Maka dibutuhkan perhatian. Ini defisit karena dari migas US$ 1,13 miliar, non migasnya US$ 495,6 juta," ungkapnya. (dna/dna)