Direktur Utama ARTI Burhanuddin Bur Maras mengatakan dalam waktu dekat pihaknya akan menggelar proses tender dari tujuh perusahaan asing yang berminat terlibat membangun proyek tersebut. Setelah itu pembangunan bisa dilaksanakan.
"Setelah kita selesai periksa peralatannya, kesanggupan keuangannya, periksa izinnya, kita perkirakan 1 tahun dari sekarang (bisa konstruksi)," katanya saat ditemui di kantornya, Jakarta Selatan, Rabu (16/5/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Fase pertama kita rencanakan pelaksanaan fisik dua tahun. Mereka (kontraktor yang terpilih) harus gunakan peralatan tercanggih di dunia," jelasnya.
Dia pun menyampaikan perusahaan yang bisnis utamanya bergerak di bidang energi ini ingin menyesuaikan diri dengan program pemerintah. Saat ini pemerintah mendorong pembangunan infrastruktur, termasuk transportasi massal.
"Ratu Prabu Energi menyesuaikan dengan program pemerintah. Pemerintah anjurkan supaya perusahaan nasional bantu pemerintah bangun infrastruktur. Dengan ajakan pemerintah ini kita terpanggil," lanjutnya.
"Infrastruktur itu kan banyak yang harus dibangun umpamanya jalan, kereta api, udara, laut, dan yang lain lain. Kita terpanggil dengan kerjakan yang paling susah dan tidak ada yang mau. Betul, Ratu Prabu Energi berkomitmen bangun LRT di Jabodetabek, termasuk Bogor, Banten, dan Bekasi," tambahnya.
Seperti diketahui, PT Ratu Prabu Energi mengajukan diri untuk membangun Light Rail Transit (LRT) tambahan di Jabodetabek pada awal tahun 2018 ini. Panjang jalur LRT yang mau dibangun mencapai 400 km dengan nilai investasi yang cukup fantastis sebesar Rp 405 triliun.