Bukan tanpa usaha, sejumlah cara sudah dilakukan pemerintah untuk mengurangi praktik yang melanggar aturan ini di jalan. Namun, keberadaan truk-truk 'obesitas' tersebut justru masih saja ada, bahkan jumlahnya makin bertambah banyak, termasuk di jalan tol.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Direktorat Jenderal Bina Marga bahkan mengaku kewalahan dan serba salah karena stigma 'dana abadi' yang melekat kepada mereka masih sulit dihilangkan. Pasalnya, keberadaan truk-truk overload tersebut makin banyak, sementara penyediaan infrastruktur jalan yang layak harus terus disediakan bagi masyarakat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepada detikFinance, Direktur Jenderal Bina Marga Arie Setyadi Moerwanto blak-blakan menjawab kondisi terkini jalanan nasional yang dipenuhi oleh truk 'obesitas'. Berikut wawancara lengkapnya saat ditemui detikFinance di kantornya, Senin (28/5/2018).
Ini memang harus kita tanggulangi lebih serius lagi. Karena kan kerugian kita besar sekali mengenai hal tersebut.
Kondisinya bagaimana sekarang?
Kayaknya makin kacau ini trennya. Makin banyak jumlahnya (truk overload) dan ukurannya makin kasarlah. Mereka kayaknya sudah nggak takut lagi dengan aturan dan lain-lainnya.
Bisa dilihat 65% itu truk overload ada di jalan. Dan overloadnya itu nggak kira-kira. Ada yang 40% overload, ada juga yang 102% overload. Jadi trennya makin naik dan makin kasar. Artinya nggak takut lagi.
Kenapa masih banyak?
Dari pihak pengusaha truk itu utilisasinya rendah. Artinya truk dipakainya tidak full. Mungkin kalau dalam satu hari itu dipakainya persentasenya kecil. Sehingga dia memaksa untuk nambah sebanyak-banyaknya. Itu yang menjadikan masalah transportasi darat di Indonesia.
Ini kan sekarang lingkaran telur dan ayam yang terus mendorong kita menjadi ke arah yang lebih jelek, bukan yang bagus. Karena yang punya kewenangan untuk menindak kan bukan di Bina Marga. Begitu mereka menjadi lemah, ya tadi lemah di utilisasinya. Karena kan mereka sebetulnya dapat subsidi terselubung kan. Kalau boleh, kenapa nggak begitu.
Karena kalau semuanya seperti ini, moda transportasi yang lain kan menjadi tidak visible. Artinya kita spiral down, bukan spiral up.
Berarti jembatan timbang nggak efektif penindakannya?
Ya karena nggak ada penindakan itu. Memang kita sudah duduk bersama, sepakat untuk mengaktifkan lagi jembatan timbang. Nanti kami berkontribusi untuk WIM (weight in motion). Jadi nggak semua truk boleh masuk lagi. Yang berlebih ditimbang, karena dia margin of errornya cukup tinggi sekitar 10%. Jadi kalau ke sidang nggak bisa dijadikan data. Tapi sebagai indikasi bisa. Dia cukup akurat di sana.
Kenapa trennya memburuk?
Sebagai contoh kita punya kasus di jembatan widang. Ini kan kita takut jembatan lainnya, seperti di jalan daendels itu. Dia umurnya lebih tua lagi. Kita minta tolong dong dibatasi, semuanya give up, nggak berani membatasi.
Jadi trennya setelah terjadi kecelakaan di jembatan cincin lama juga trennya tetap naik?
Ya, karena lagi-lagi semuanya nyalahin kita. Apakah pemeliharaan nggak ada, dan lain-lain.
Di Kementerian Perhubungan klaim tren truk overload menurun di jalan?
Sekarang lihat ya. Di jalan tol atau di jalan nasional, ada nggak dalam satu hari nggak melihat truk yang as nya patah?
Artinya masalah ini belum dianggap serius sama pemerintah karena masih berlarut-larut, padahal ada kerugian negara di sini?
Serius. Tapi artinya moda yang lain juga harus dikembangkan. Hanya kan harus dipaksa supaya orang mau memakai moda itu. Tapi itu nggak akan terjadi kalau dibiarkan masalah di darat ini.
Saya selalu cerita ke teman-teman, Port of Rotterdam punya regulasi yang keras sekali. Semua kendaraan berbeban berat nggak boleh di jalan raya, semua dimasukin ke sungai. Kalau di sungai dibebanin muatan berapa saja kan nggak ada masalah, tinggal desain dari kapalnya. Ini kan harus terintegrasi.
Kita sangat senang ada Pelabuhan Patimban. Artinya dia kan di luar jalan biasa, nggak harus melewati Tanjung Priok. Ada harapan-harapan di sana, tapi kurang terintegrasi menurut kami. Kurang ada shifting dalam antar moda.
Berapa kerugian negara yang diderita dengan adanya truk overload?
Untuk preservasi, anggaran Bina Marga yang dialokasikan itu 57% dari DIPA. Kita sekarang mati-matian ini. Dulu ada yang bilang Bina Marga bikin proyek abadi. Sekarang sudah kita buktikan semuanya dibuat menjadi transparan. Skema caranya sekarang kita kontrakkan.
Tapi peningkatannya menjadi kurang signifikan karena beban yang dilaluinya itu besar sekali. Bandingkan dengan jalan yang nggak dilalui kendaraan beban berat, bagus semuanya jalan kita.
Kemarin katanya sudah boleh nindak, operator tol boleh melarang truk overload masuk tol?
Kita nggak boleh menindak. Kalau di jalan tol, badan usaha bisa mengeluarkan. Hanya saja, bisa dibayangkan kalau itu diterapkan di entrance jalan tol, bisa macet gerbang tolnya. Jadi dia hanya bisa mengeluarkan di exit berikutnya.
Kalau truk overload bisa teratasi, biaya preservasi bisa ditekan berapa banyak?
Bisa ditekan. Kasarannya, tadinya kan jalan ini bisa umurnya 10 tahun. Dengan adanya kondisi seperti ini, jadi hanya 3 tahun harus selalu kita ulangi. Dari 10 menjadi 3 kan, katakanlah 60% dari itu. Jadi katakanlah kalau sekarang biaya preservasi 57% dari DIPA, mungkin kita bisa turunkan jadi hanya 40% saja cukup.
Kita ada jalan yang terpaksa sekarang kualitasnya belum bisa kita tingkatkan dengan cepat karena ini. Dan yang sisanya ini bisa buat bangun jalan lebih banyak lagi.
Jalan mana yang jadi korban?
Pastinya yang bukan jalur logistik utama yang paling menjadi korban. Karena di tahun 2015 itu, panjang jalan nasional kita hanya 38.000 km. Lalu ditambah karena ada Pemda yang nggak kuat, dan memang ada jalur logistik yang harus kita ambil alih 9.000 km. Jadi 47.000 km. Dalam kondisi jalan daerah ini parah semuanya. Dan kita buat meningkatkan ini jadi bertahap. Padahal kalau kita punya spare dari sana, kita bisa langsung selesaikan semuanya.
Apa strategi terkini pemerintah untuk memitigasi risiko truk overload yang masih marak di jalanan?
Jembatan timbang kan sekarang dipasang WIM (weight in motion) untuk memilah mana yang masuk dan yang keluar. Begitu masuk, kan ini mau dikerjasamakan dengan swasta untuk memastikan bahwa dia profesional atau tidak, nanti kita pasang di jembatan yang ada alat seperti WIM, seberapa profesional mereka. Nantinya ke depannya seperti itu. Tapi dari sekarang karena ini sistemnya baru terbentuk, saya hanya buat monitor. Karena ini kan baru dipasang di satu jembatan di daerah Kendal sana. Kita bisa tahu dari sini, trennya naik atau turun. Ternyata naik terus, makin banyak.
Apakah law enforcement yang dilakukan sejauh ini nggak ada pengaruhnya?
Harusnya kan nggak di jalan saja. Misalnya di setiap pelabuhan, di setiap industri dipasang.
Yang kedua, kita juga lagi berpikir untuk meng-encourage perusahaan asuransi. Perusahaan truk ini semuanya kan kebanyakan diasuransikan. Karena dia pinjam uang atau listing. Harusnya kalau di asuransi disebutkan, bahwa kalau dia klaimnya overload, nggak bisa dapat klaim.
Sekarang ini kan terlalu baik. Sampai dia bikin kemacetan, patah as itu, harusnya didenda, kok bisa sampai patah as begitu.
Kalau kita berkaca di luar negeri, mereka takut melanggar karena sederhana saja, kalau dia ketahuan melanggar, itu kan nggak bisa hilang recordnya. Buat nyari kerjaan susah, dll susah. Yang paling berat lagi, klaimnya nggak bisa atau preminya makin tinggi. Atau si perusahaan asuransi itu nggak usah mau memberikan asuransi kepada mereka, baru ini sistemnya berjalan.
Artinya Kementerian PUPR tunggu law enforcement dari sektor yang punya tupoksi?
Nggak cuma menunggu. Kita juga support. Katakanlah yang jembatan timbang, kita sampai sediakan jalur percepatan perlambatannya itu kami yang buat semuanya. Kemudian WIM nya juga.
Lalu kita juga mau bikin skema AP (availability payment) di Lintas Timur, itu jembatan timbangnya juga kita yang bikin itu. Tapi yang menindak itu mereka (Kemenhub). Walaupun Pak Menteri agak protes, nanti kita hanya tola telo saja, kita tahu tapi nggak bisa melakukan penindakan.
Di Sumatera juga masih banyak truk overload?
Sama saja. Saya baru dapat laporan, ada beberapa perusahaan semen yang saya nggak tahu di belakangnya seperti apa. Dia ngerusak jalan kita, terus kita ditekan jangan protes. Begitu dia bisa masuk, yang lain juga merasa bisa masuk. Jadi ya ngikut semua.
Ada koordinasi lintas K/L nggak agar penanganan truk overload ini bisa lebih efektif?
Kalau kami dengan Perhubungan Darat sudah duduk bersama. Dan kami apresiasi perhubungan darat sudah mengakui bahwa ini problemnya adalah itu. Hanya, ini kan harus lebih tersistematis lagi. Dan senang juga kalau ini sudah terbuka dan semua melihat.
Dengan BUMN dan Kementerian Perindustrian mungkin?
Misalnya dengan Perindustrian, itu kan ada truk-truk impor yang nggak bisa harusnya masuk karena dimodifikasi.
Dari Bina Marga saran apa supaya truk overload nggak terus jadi permasalahan yang berlarut?
Kalau menurut saya, sistem logistiknya yang harus diubah. Salah satunya mendekatkan industri dengan pelabuhan sehingga dia tidak terlalu jauh jalan daratnya.
Lalu moda transportasi logistik yang lain itu harus dikembangkan juga sehingga biayanya itu bisa menjadi lebih murah.
Yang kami lakukan sekarang menjelaskan bahwa ada kerugian di sini dan lain-lain. Mudah-mudahan direspons lebih baik lagi. Pressure paling besar itu sebenarnya kan dari masyarakat.
Memangnya masyarakat belum merasa dirugikan sampai sekarang?
Kita menunjukkan sekarang, pertama untuk kemacetan di jalan tol dan lain-lain. Mereka kan nggak tahu, bahwa gara-gara ini (truk overload) kecelakaan meningkat, kemacetan.
Sebetulnya ini masih di bawah kapasitas jalan tersebut. Tapi karena ada satu truk yang lambat, manuvernya sangat terbatas, sehingga yang lain dirugikan. Kemudian misalnya ada satu truk saja yang mogok, evakuasinya juga akan susah nanti.
Selain truk overload, desain flyover Kretek juga kabarnya jadi pemicu kecelakaan maut di Brebes?
Kalau semua desain kita kan ada standarnya dan itu semua memenuhi standar buat itu. Hanya kan standar ini dibikin juga harus diikuti oleh kendaraannya dan behaviour si pengemudi. Kita nggak bisa juga misalnya bikin di bawah standar. Karena nanti pasti ada truk overload, pengemudi yang salah dan lainnya. Dampaknya kan jadi mahal sekali. Kalau dicek, monggo. Desain kita memenuhi standar.
Jadi nggak ada kesalahan pada bentuk desain flyover?
Tolo-tolo yang fleksibel sebagai simbol agar mereka hati-hati itu sudah kita lakukan. Tapi yang terjadi kemarin juga infonya 4 km dari flyover. Artinya bisa dibayangkan jauh dari flyover.
Yang seperti ini dikatakan kontribusi terhadap kecelakaan kayaknya kok kurang pas.
Jadi pendapat bahwa flyover dibangun asal-asalan karena kejar tayang bagaimana?
Nggak lah. Kita nggak berani membuat desain nggak sesuai dengan standar.
Jalur penyelamat jadi dibangun?
Kita dengan senang hati akan bangun. Kita lagi cari tanahnya.
Mudik Lebaran tinggal kurang dari dua minggu lagi. Infrastuktur apa lagi yang masih dalam pengerjaan dari Bina Marga?
Pertama kaitannya dengan jalan nasional. Kita terus melakukan perapihan, karena pengin markanya itu jelas, bagus semuanya. Kalau perkerasan jalannya itu sudah jauh membaik semuanya. Karena di jalan-jalan nasional kan banyak pemudik pakai motor. Kita pengin betul-betul nggak ada lubang.
Pekerjaan jalan akan terus dilakukan sampai H-10.
Lalu kalau di jalan tol sendiri rest area, terutama di tol fungsional. Lalu ada lagi jembatan Kuto yang sedang kita selesaikan.
Tol mana saja yang rest areanya masih dalam pengerjaan?
Semua tol fungsional masih dikebut semua.
Tapi semuanya optimis H-10 siap untuk digunakan kecuali Kali Kuto di tol Semarang-Batang. Itu pekerjaan masih terus dilakukan sampai H-2. Sebelum itu pemudik bisa keluar lewat IC Gringsing.
Fungsional dibuka 24 jam?
Kami siap dibuka 24 jam.
Jalur Pansela bagaimana?
Di Pansela kita punya satu jembatan Lawuloh di Kebumen yang masih terus dikerjakan, tapi H-10 insyaAllah sudah bisa digunakan.
Kondisi jalan yang dilalui?
Bagus.
Katanya jalurnya masih kecil dan berlubang?
Kalau kecil, iya. Kalau berlubang nggak. Dan kita akan lelang beberapa ruas untuk pelebarannya. Karena sekarang kan masih ada yang tanjakan yang lebar dan curam, lebih landai.
Kita punya 9 paket pekerjaan yang dilakukan setelah Lebaran nanti, sistem multiyears. Nanti kita akan sambungkan lagi supaya terus menyusuri pantai sama seperti Pantura.
Mudik Lebaran tinggal kurang dari dua minggu lagi. Infrastuktur apa lagi yang masih dalam pengerjaan dari Bina Marga?
Pertama kaitannya dengan jalan nasional. Kita terus melakukan perapihan, karena pengin markanya itu jelas, bagus semuanya. Kalau perkerasan jalannya itu sudah jauh membaik semuanya. Karena di jalan-jalan nasional kan banyak pemudik pakai motor. Kita pengin betul-betul nggak ada lubang.
Pekerjaan jalan akan terus dilakukan sampai H-10.
Lalu kalau di jalan tol sendiri rest area, terutama di tol fungsional. Lalu ada lagi jembatan Kuto yang sedang kita selesaikan.
Tol mana saja yang rest areanya masih dalam pengerjaan?
Semua tol fungsional masih dikebut semua.
Tapi semuanya optimis H-10 siap untuk digunakan kecuali Kali Kuto di tol Semarang-Batang. Itu pekerjaan masih terus dilakukan sampai H-2. Sebelum itu pemudik bisa keluar lewat IC Gringsing.
Fungsional dibuka 24 jam?
Kami siap dibuka 24 jam.
Jalur Pansela bagaimana?
Di Pansela kita punya satu jembatan Lawuloh di Kebumen yang masih terus dikerjakan, tapi H-10 insyaAllah sudah bisa digunakan.
Kondisi jalan yang dilalui?
Bagus.
Katanya jalurnya masih kecil dan berlubang?
Kalau kecil, iya. Kalau berlubang nggak. Dan kita akan lelang beberapa ruas untuk pelebarannya. Karena sekarang kan masih ada yang tanjakan yang lebar dan curam, lebih landai.
Kita punya 9 paket pekerjaan yang dilakukan setelah Lebaran nanti, sistem multiyears. Nanti kita akan sambungkan lagi supaya terus menyusuri pantai sama seperti Pantura.