"Dana desa juga berpengaruh cukup besar dalam pengurangan urbanisasi. Saat ini, kita masih nunggu hasil dari sensus potensi desa yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Mudah-mudahan pada bulan September keluar hasil angka persentase terkait urbanisasi," kata Eko dalam keterangan tertulis, Rabu (4/7/2018).
Hal itu disampaikan Eko usai menghadiri acara Executive Center for Global Leadership (ECGL) Alumni Gathering di Hotel Fairmont Ballroom, Jakarta, hari ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Eko, berkurangnya urbanisasi disebabkan oleh pembangunan desa yang cukup besar. Hal itu terlihat dengan sulitnya mencari para pekerja dari desa yang bekerja secara informal atau pekerja yang bekerja pada pihak yang tidak berbadan hukum atau perusahaan seperti babysitter, sopir, pembantu rumah tangga, dan tukang kebun.
"Di kota-kota besar seperti Jakarta misalnya, kita melihat untuk cari pembantu, sopir, babysitter saat ini sudah mulai susah. Susah carinya itu karena mereka (pekerja dari desa) telah mendapatkan pendapatan yang mungkin sama atau sedikit lebih rendah dengan pendapatan di desa. jadi, mereka akan lebih senang bekerja di desa kalau ada pekerjaan," jelas Eko.
Dia menambahkan, bahwa masyarakat pedesaan saat ini sudah bisa mendapatkan program penciptaan lapangan kerja dari pemerintah seperti padat karya tunai yang pekerjanya berasal dari masyarakat desa setempat alias tidak menggunakan kontraktor. selain itu dengan adanya desa-desa wisata dan program produk unggulan desa juga akan banyak menyerap tenaga kerja.
"Kalau kita mengacu pada data BPS saat ini angka pengangguran terbuka di desa jauh lebih kecil dari pada angka pengangguran terbuka di kota," ujarnya. (idr/idr)