Jasa Marga Putar Otak Cari Duit Bangun Ribuan Km Jalan Tol

Jasa Marga Putar Otak Cari Duit Bangun Ribuan Km Jalan Tol

Eduardo Simorangkir - detikFinance
Selasa, 21 Agu 2018 10:39 WIB
Foto: Eduardo Simorangkir
Jakarta - PT Jasa Marga (Persero) Tbk saat ini telah memiliki 1.527 km konsesi jalan tol. Hingga tahun 2019, perseroan menargetkan hak konsesi yang dimiliki mencapai 2.000 km.

Direktur Utama Jasa Marga Desi Arryani mengatakan perseroan harus terus kreatif dalam mencari sumber pembiayaan dalam mengejar target pembangunan jalan tol. Karakteristik bisnis jalan tol yang perlu waktu cukup lama dalam pengembalian investasi membuat perseroan putar otak mencari model pembiayaan yang bisa dilakukan.

"Jadi capex (belanja modalnya) Jasa Marga memang sangat tinggi, investasinya berat banget, dan semuanya dibiayai lewat equity 30% dan debt 70%. Sehingga kalau cuma seperti itu, covenant (syarat)-nya Jasa Marga nanti terlanggar," katanya kepada detikFinance dalam sesi wawancara khusus, Jumat (17/8/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jasa Marga sendiri telah menggunakan sejumlah model pembiayaan dalam mencari sumber dana investasi. Rasio utang Jasa Marga terhadap ekuitas saat ini sudah mencapai 3,3 kali; masih kurang 1,7 kali lagi dari rasio utang terhadap ekuitas perseroan yang ditetapkan sebesar lima kali.

"Kalau kita nggak jaga saking banyaknya yang dibangun, ini bisa lewat. Sehingga kita banyak melakukan kreativitas untuk funding," kata Desi.



Sejauh ini skema pembiayaan yang sudah digunakan di antaranya melalui obligasi, reksa dana penyertaan terbatas (RDPT), hingga pencarian utang di luar negeri dalam bentuk rupiah seperti Komodo Bonds dan sekuritisasi.

Desi menekankan, pihaknya tak pernah melakukan penjualan aset tol kepada asing sebagai upaya mencari pendanaan. Jasa Marga sendiri statusnya adalah badan usaha yang memiliki waktu terbatas mengelola tol sesuai masa konsesi yang diberikan pemerintah.

Contohnya sekuritisasi yang pernah disebut sebagai penjualan aset tol. Sekuritisasi adalah mekanisme pembiayaan dengan menjual pendapatan suatu ruas jalan tol di masa depan. Tol yang dijual pendapatannya tersebut biasanya adalah yang sudah jelas lalulintasnya sehingga bisa digaransi proyeksi jumlah pendapatannya.



"Jadi investor tinggal lihat, benar nggak yang dijual ini bisa dikembalikan oleh Jasa Marga. Jadi mereka akan lihat historicalnya stabil atau nggak. Kalau iya, mereka mau ngambil," kata Desi.

Lalu ada project bond yang bisa dilakukan oleh anak usaha perseroan. Anak-anak usaha Jasa Marga yang sudah bisa membayar bunganya sendiri akan melakukan obligasi sehingga mengurangi beban induk usaha.

Kemudian, karena dana-dana perbankan dalam negeri juga banyak dipakai oleh perusahaan lainnya, maka Jasa Marga mencari sumber pendanaan dari luar negeri, seperti yang dilakukan beberapa waktu lalu lewat Komodo Bonds.

"Tapi dirupiahkan, supaya kita terhindar dari risiko beda kurs," kata dia.

Dan yang terakhir digunakan adalah RDPT. RDPT mencari sumber ekuitas dari luar kas perseroan, dengan cara melepas sebagian saham konsesi suatu ruas tol. Namun dalam RDPT, perseroan memberikan hak kepada investor pada batas waktu tertentu.

"Jadi jual sebagian kepemilikan saham tapi tidak permanen. Kita akan buyback lagi selambat-lambatnya lima tahun," ungkapnya.

Desi mengakui cukup berat menjalankan target perusahaan sejak pertama kali didapuk sebagai dirut pada 2016 lalu. Namun ternyata dengan berbagai kreatifitas dan kebijakan yang lebih baik dari sisi pemerintah, semua bisa dijalankan.

"Akhirnya ternyata Jasa Marga yang dulu kalau membangun 5 km itu dua tahun, sekarang 75 km bisa dua tahun. Jadi bisa ternyata," tutupnya.


Saksikan juga video ' Investasi Sekuritas Aset Jalan Tol Jagorawi ':

[Gambas:Video 20detik]

(eds/zul)

Hide Ads