Dolar AS Tembus Rp 14.800, Rini Minta Ini ke BUMN

Dolar AS Tembus Rp 14.800, Rini Minta Ini ke BUMN

Trio Hamdani - detikFinance
Jumat, 31 Agu 2018 18:17 WIB
Foto: Infografis: Mindra Purnomo/detikcom
Jakarta - Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah sore ini menembus level Rp 14.844. Menghadapi pelemahan rupiah, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno menyiapkan langkah untuk BUMN.

"Ya memang ini kan selalu yang kita coba tekankan adalah bagaimana kita mengurangi impor ya kan, dan terus terang menjaga," kata Rini di kantornya, Jumat (31/8/2018).

Selain itu, untuk perusahaan milik negara yang sudah berorientasi ekspor, Rini meminta agar hal itu terus didorong guna menghasilkan dolar AS lebih besar, dengan demikian devisa meningkat. Devisa ini diperlukan untuk menjaga nilai tukar rupiah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Untungnya BUMN ini kan ada perusahaan perusahaan yang juga ekspor, seperti batu bara, timah, nikel,kelapa sawit, CPO (minyak kelapa sawit). Ini yang kita menjaga supaya gimana benar benar bagaimana juga dolarnya," sebut Rini.



Selain itu, Rini mendorong agar PT PLN (Persero) meningkatkan bahan baku dalam negeri. Misalnya untuk pembangkit listrik, Rini mendorong agar bahan bakarnya dikonversi ke CPO 100%. Menurut Rini hal itu bisa diterapkan.

Rini mengatakan pemerintah saat ini bakal memberlakukan bahan bakar solar campuran minyak kelapa sawit 20% untuk seluruh sektor industri. Untuk pembangkit PLN yang memungkinkan bakal didorong 100%.

"Mobile Powerplant dari PLN yang kita bisa konversi memakai 100% CPO, ini juga saya dorong supaya memakai 100% CPO. Berarti kan kalau sekarang memang secara menyeluruh B20, berarti 80% masih solar, 20% CPO," sebutnya.

Rini menyebut saat ini sudah ada alat yang bisa membuat pembangkit mengandalkan 100% CPO. Jika sudah diimplementasikan, Rini yakin bisa menghemat penggunaan devisa.

"Jadi ini kita coba, kita sedang usulkan semoga dapat diterima untuk kita konversi kira kira 1.000 megawatt. Itu tapi memang ini jangka menengah panjang, ini kita akan bisa mengurangi devisa sampai US$ 1 miliar," tambahnya.

(eds/eds)

Hide Ads