Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita menyatakan situasi tersebut membuat serba salah. Di satu sisi impor dibutuhkan untuk menambah pasokan pangan yang belum bisa terpenuhi produksi dalam negeri, sebaliknya jika tak impor, maka permintaan pangan masyarakat tak terpenuhi.
"Yah bagaimana, kalau impor di-bully kalau nggak impor masyarakat kelaparan. Akhirnya 15 Januari 2018 kita rakor (rapat koordinasi) di Menteri Ekonomi dipimpin Pak Darmin, dihadiri Menteri Pertanian Amran Sulaiman, Menteri Perdagangan saya, Dirut Bulog dan deputi dan dari pihak BUMN," kata Enggartiasto dalam acara diskusi di Gedung Bank Mega, Jalan Tendean, Jakarta, Kamis (13/9/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya impor, misalnya beras, dilakukan jika stok di gudang Bulog di bawah 1 juta ton dan kenaikan harga beras di atas 10%.
"Sekali lagi kalau kita tidak impor, maka situasi stok beras di Bulog di bawah 1 juta ton dan itu akan menempatkan Indonesia dalam situasi yang rawan," kata pria yang akrab disapa Enggar itu.
Enggar pun menjelaskan keputusan pemerintah mengimpor beras hingga 2 juta ton . Awalnya beras yang diimpor sebanyak 500.000 ton, beberapa bulan kemudian pemerintah mengimpor lagi 500.000 ton. Terakhir, setelah rapat koordinasi antar menteri, diputuskan lagi membuka kuota impor beras sebanyak 1 juta ton.
"Akhirnya kita memutuskan, di awal tahun kita impor 500.000 ton yang laksanakan atas rakor. Saya tulis surat ke Bulog untuk melaksanakan hal itu, nggak ada keputusan yang saya ambil tanpa rakor," papar dia.
Ia menjelaskan keputusan kedua untuk mengambil lagi 500.000 ton dilakukan pada Maret dengan skema serupa. Setelah itu pada April rakor lagi di kantor Menteri Koordinator Perekonomian, dan diputuskan tambah 1 juta ton beras impor.
"Kita rencananya Juli masuk tapi prosesnya panjang. Dirut Bulog minta perpanjang waktu impor kita kasih, kemudian Dirut Bulog meminta perpanjangan yang kedua kemudian kita berikan. Data dari Dirut Bulog jumlah stok saat ini 2,1 juta ton. terdiri dari 811.000 ton stok penyerapan dalam negeri dan sisanya eks impor," tutur Enggar. (hns/hns)