Beras Medium di Pasar Tradisional Capai Rp 11.000/kg

Beras Medium di Pasar Tradisional Capai Rp 11.000/kg

Selfie Miftahul Jannah - detikFinance
Kamis, 08 Nov 2018 14:14 WIB
Foto: Selfie Miftahul Jannah/detikFinance
Jakarta - Harga beras eceran kelas medium di Pasar Gondangdia Jakarta Pusat, mencapai Rp 11.000/kg. Harga tersebut jauh di atas harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah untuk harga beras medium yaitu Rp 9.450/kg.

Dari hasil pantauan detikFinance, beras-beras yang dipajang di depan warung biasanya dipasangi harga jual. Namun, di Pasar Gondangdia konsumen harus bertanya mengenai harga beras pada pedagang.

"Sengaja nggak dipasang karena harganya mahal," kata salah satu pedagang beras di Pasar Gondangdia Kamis (8/11/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari deretan beras bersih yang dipajang di meja dagang. Ada satu jenis beras yang disimpan di lantai. Beras ini merupakan beras jenis ramos kualitas empat yang masuk kategori beras kelas medium.


Beras ini disimpan di lantai dan diberi tulisan Rp 9.000/ltr, Rp 11.000/ kg. Menurut pedagang toko Lusdi, ia sengaja menaruh beras tersebut di lantai pinggir pejalan kaki di lapak jualannya.

Ia menjelaskan, beras medium ini sengaja ditaruh di tempat tersebut supaya banyak terlihat orang.

"Kan ramos itu ada beberapa, ada yang premium kelas satu itu kita jual Rp 14.000/kg, kelas dua Rp 13.000/ kg kemudian kelas tiga Rp 12.000/kg. Pandan wangi kita jual Rp 15.000/kg, beras IR42 kita jual Rp 14.000/kg. Nah kalau yang di bawah itu medium, ramos juga tapi kelas paling bawah harganya Rp 11.000/kg," jelas dia kepada detikFinance, Kamis (8/11/2018).

Harga beras premium yang dijual di Pasar Gondangdia juga jauh lebih mahal di atas HET beras premium yang ditetapkan pemerintah pusat yaitu Rp 12.800/kg.

Ia menjelaskan, harga beras jenis premium dan medium sudah naik sejak 10 hari lalu. Kenaikannya sekitar Rp 200/ kg. Lusdi menjelaskan, meski beras yang biasa ia ambil di Cipinang mengalami kenaikan namun ia sengaja tidak menaikkan harga pada konsumen dan memilih untuk mengurangi keuntungan.

Untuk mengatasi kenaikan harga beras, selain mengurangi keuntungan Lusdi juga sengaja tidak banyak membeli beras kelas medium atau beras Rp 10.000-an karena kualitasnya yang buruk.

"Aduh nggak deh. Harganya beda tipis tapi kualitasnya jauh. Jadi sekarang berasnya yang premium semua. Kalaupun ada yang medium itu ramos kelas yang paling jelek, misalnya yang nggak bersih, banyak patahannya," kata dia.

Sementara itu ada pula pedagang beras lainnya, yaitu Arifin. Ia juga melakukan metode yang sama yaitu tidak menyediakan banyak beras kelas medium.

"Nggak jual yang medium. Paling ada ramos yang paking jelek itu dijual Rp 11.000," kata dia.


Ia mengaku, banyak menyediakan beras jenis premium yang dibanderol dengan harga Rp 12.000- 16.000. Seperti beras jenis pandan wangi, ramos, dan raja lele.

Ia mengaku sudah ada kenaikan harga beras di Cipinang sejak dua minggu lalu.

"Kualitasnya terlalu jauh antara yang medium dan premium. Kemudian ada kenaikan juga, misalnya yang biasa kita beli satu karung itu 50 kilogram, dijual Rp 450.000 kemudian sekarang belakangan dijual Rp 485.000, ada yang bilang kirimannya ke pasar induk berkurang," jelas dia.


Ia menjelaskan, saat ini para konsumen lebih memilih untuk membeli beras kualitas yang lebih baik dengan harga yang lebih mahal. Dibandingkan membeli beras dengan harga Rp 10.000 dengan kualitas yang buruk.

"Pokonya beras medium Rp 10.000 itu seperti nggak layak, hitam. Nggak berani jual juga dan emang nggak pada laku. Bedanya tipis tapi kualitasnya jauh. Masyarakat banyak pilih sekalian bagus saja," jelas dia. (dna/dna)

Hide Ads